Minggu, 14 April 2013

Hormon -hormon yang Mempengaruhi proses Laktogenesis


Hormon -hormon yang Mempengaruhi proses Laktogenesis
Laktogenensisi adalah Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran susu
Pengaruh Hormonal Mulai dari bulan ketiga kebuntingan, tubuh memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya susu dalam ambing.
Hormon yang mempengaruhi proses laktogenensi yaitu
1.      Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran
2.      Estrogen: menstimulasi sistem saluran ambing untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui.
3.      Follicle stimulating hormone (FSH)
4.      Luteinizing hormone (LH)
5.      Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil dalam kebuntingan
Prolaktin adalah proteohormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitaria anterior. Kelenjar tersebut merangsang permulaan laktasi (laktogenesis) pada kelenjar susu dan proliferasi epitelium yang melapisi kelenjar tembolok pada burung merpati betina dan jantan. Hormon tersebut mempertinggi produksi zat yang menyerupai keju; terdiri dari sel-sel epitel yang telah hancur. Hormon tersebut menimbulkan sifat mengeram pada induk ayam, merangsang naluri induk pada tikus dara dan esensial dalam pemeliharaan laktasi (galactopoiesis). Di dalam sel-sel epitel terdapat enzim-enzim yang esensial yang menggertak sel-sel dalam mengubah susunan darah menjadi susu. Fungsi prolaktin ialah merangsang aktivitas enzim dan enzim tersebut selanjutnya menggertak sekresi susu. Sel kelenjar susu tidak berdaya menghasilkan susu bila tidak ada prolaktin. Pada masa kebuntingan yang lanjut terjadi kenaikan bertahap dalam sekresi prolaktin yang dirangsang oleh estrogen.
6.      Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras susu menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
7.      Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kebuntingan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan ambing, puting, dan areola sebelum melahirkan.

pada laktogenesis II Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi susu besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi..
Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu (milk ejection / let-down reflex). Oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara untuk memeras ASI keluar. Para ibu mendeskripsikan sensasi turunnya susu dengan berbeda-beda, beberapa merasakan geli di payudara dan ada juga yang merasakan sakit sedikit, tetapi ada juga yang tidak merasakan apa-apa. Refleks turunnya susu tidak selalu konsisten khususnya pada masa-masa awal. Tetapi refleks ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan tentang bayi, atau mendengar suara bayi, sehingga terjadi kebocoran. Bila ovulasi terjadi, maka folikel berkembang menjadi korpus luteum dan memproduksi progesteron, yang menyebabkan perkembangan sistema lobul-alveolar.
Kelenjar pituitaria mengeluarkan hormon gonadotropin yang bekerja terhadap ovarium untuk merangsang siklus estrus. Pertama-tama follicel stimulating hormone (FSH) menyebabkan folikel ovarium berkembang. Pada saat tersebut, estrogen dikeluarkan, hormon ini bekerja terhadap sistem duktus dari kelenjar susu. Sebagai tambahan, telur atau ovum menjadi dewasa. Kemudian luteinizing hormone (LH) dikeluarkan dari pituitaria untuk menimbulkan ovulasi (melepas ovum) dan pembentukan korpus luteum. Bila hewan bunting, maka hormon ketiga, yang disebut luteotropic hormon dikeluarkan oleh pituitaria anterior yang memelihara aktivitas korpus luteum dan sekresi progesteron selama pertengahan pertama kebuntingan. Progesteron mempersiapkan uterus untuk menerima telur yang sudah dibuahi dan memelihara embrio dan fetus yang sedang tumbuh di dalam uterus. Pada beberapa spesies, plasenta mengeluarkan luteotropin selama pertengahan kedua dari kebuntingan. Pada spesies lainnya plasenta mengeluarkan estrogen dan progesteron, karenanya spesies tersebut tidak memerlukan hormon luteotropik selama kebuntingan. Pada sapi yang bunting, hormon estrogen dan progesteron yang dikeluarkan plasenta merangsang pertumbuhan sistem lobul-alveolar kelenjar susu.
Dengan menggunakan hormon estrogen dan progesteron, kelenjar susu hewan betina dara dapat ditumbuhkan dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat dibuat berlaktasi. Oleh karena itu dimungkinkan secara buatan, merangsang pertumbuhan kelenjar susu dan menyuruh kelenjar tersebut mengeluarkan susu. Dengan merangsang laktasi pada sapi-sapi dara dan sapi-sapi betina yang mandul, para peternak dapat memperoleh produksi yang tinggi dari hewan-hewan yang tadinya disediakan untuk dipotong.
Pengaturan hormon laktasi. Fisiologi kelenjar susu erat hubungannya dengan mekanisme hormonal dan neuro hormonal. Kelenjar susu merupakan sifat kelamin sekunder perkembangannya, permulaannya, dan pemeliharaannya, aktivitasnya, dan akhirnya involusinya, tergantung daripada keseimbangan hormonal. Sejumlah hormon mempengaruhi intensitas laktasi. Hormon merupakan perangsang laktasi satu-satunya. Laju sekresi hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu dan laktasi adalah lebih tinggi sapi perah daripada sapi daging.
Mekanisme fisiologi yang mengawasi berbagai kelenjar tersebut belum diketahui secara lengkap, akan tetapi telah diakui bahwa aktivitas ovarium, uterus dan kelenjar sususatu dengan yang lainnya ada hubungannya. Telah diakui bahwa rangsangan esensial bagi pertumbuhan dan berfungsinya kelenjar susu adalah hormonal dan bukan oleh kelenjar urat syaraf dan bukti menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga hormon yang terlibat di dalamnya. Setiap hormon mempunyai fungsi yang esensial dan ketiga-tiganya bekerja dalam urutan tertentu.
Estradiol, suatu hormon dari folikel Graff, mula-mula menyebabkan perkembangan duktus. Kemudian progesteron dari korpus luteum bertanggung jawab atas pertumbuhan alveoli. Akhirnya laktogen (prolaktin) dari kelenjar pituitaria menimbulkan aktivitas sekresi.
Prolaktin adalah proteohormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitaria anterior. Kelenjar tersebut merangsang permulaan laktasi (laktogenesis) pada kelenjar susu dan proliferasi epitelium yang melapisi kelenjar tembolok pada burung merpati betina dan jantan. Hormon tersebut mempertinggi produksi zat yang menyerupai keju; terdiri dari sel-sel epitel yang telah hancur. Zat tersebut dikenal dengan nama susu tembolok; digunakan untuk menyusui anak-anak merpati. Prolaktin disebut juga laktogen, luteotrpin, galaktin, dan mammotropin. Hormon tersebut menimbulkan sifat mengeram pada induk ayam, merangsang naluri induk pada tikus dara dan esensial dalam pemeliharaan laktasi (galactopoiesis). Di dalam sel-sel epitel terdapat enzim-enzim yang esensial yang menggertak sel-sel dalam mengubah susunan darah menjadi susu. Fungsi prolaktin ialah merangsang aktivitas enzim dan enzim tersebut selanjutnya menggertak sekresi susu. Sel kelenjar susu tidak berdaya menghasilkan susu bila tidak ada prolaktin. Pada masa kebuntingan yang lanjut terjadi kenaikan bertahap dalam sekresi prolaktin yang dirangsang oleh estrogen. Pelepasan eksitosin pada tiap-tiap pemerahan susu diduga merangsang sekresi prolaktin. Prolaktin secepatnya dilepaskan ke dalam darah mengikuti rangsangan pemerahan. Hormon tersebut masuk lewat darah ke dalam kelenjar susu, merangsang sel-sel epitel untuk mengeluarkan susu di antara waktu pemerahan. Lebih banyak prolaktin akan dikeluarkan dan berkumpul dalam pituitaria anterior di antara waktu pemerahan, akan tetapi hormon tersebut tidak akan dilepaskan ke dalam peredaran darah sampai waktu pemerahan berikutnya.

Sumber
Anggorodi, Prof. Dr.R.1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
http:\\id.wikipedia.org\wiki\menyusui.htm 
http:\\www.idai.or.id

Tidak ada komentar: