Minggu, 14 April 2013


1.      Pilih masing-masing satu breed untuk 2 spesies ternak, kemudian buat taksonominya berdasarkan taksonomi hewan. Jelaskan pula ciri-ciri atau karakteristik masing-masing level dalam taksonomi terserbu
Klasifikasi Domba

Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang  berkuku dua dan termasuk pada sub famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk ke dalam genus Ovis dan yang didomestikasi adalah Ovis aries (Johnston, 1983).  Taksonomi domba menurut Blakely dan Bade (1985) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia (hewan)
Phylum : Chordata (hewan bertulang belakang)
Class : Mammalia (hewan menyusui)
Ordo : Artiodactyla (hewan berkuku genap)
Family : Bovidae (memamah biak)
Genus : Ovis (domba)
Spesies : Ovis aries (domba yang didomestikasi)
Klasifikasi domba yang paling umum adalah berdasarkan pada jenis woll yang dihasilkan. Faktor-faktor lainnya seperti jenis daging, warna tanduk serta karakteristik kemampuan adaptasinya diperhatikan pada setiap jenisnya. Selain digunakan sebagai penghasil wool domba juga dimanfaatkan sebagai penghasil lemak, daging dan susunya. Ternak kambing yang ada pada saat ini diperkirakan berasal dari beberapa tetua yaitu, Capra hircuIs dan Capra falconeri. Kemampuan adaptasi domba yang sangat baik ini menjadikannya banyak dimaanfaatkan baik sebagai penghasil daging, kulit susu bahkan tenaganya. Domba mampu memanfaatkan 90 jenis pakan atau hijauan dan mampu hidup di daerah yang struktur tanahnya berpasirdengan kondisi lingkungan yang bervariasi (AAK, 1991).
Domba diklasifikasikan sebagai hewan herbivora (pemakan hijauan) karena pakan utamanya adalah hijauan yang berupa rumput dan legum. Domba juga merupakan hewan mamalia, karena menyusui anak-anaknya. Sistem pencernaan pakan yang khas di dalam rumen menyebabkan domba juga digolongkan sebagai ternak ruminansia. Sistem pencernaan yang khas inilah yang menyebabkan domba mampu mengkonversi pakan-pakan berkualitas rendah menjadi produk bergizi tinggi, seperti daging dan susu, serta hasil ikutan yang berkualitas tinggi, seperti kulit dan wol (Abidin, 1997).

1.      Domba Garut
Berdasarkan asal usulnya domba garut merupakan hasil persilangan segitiga
antara domba Merino, Lokal, dan Kaapsche (cape) dari Afrika Selatan (Sugeng,
1995). Menurut Budinuryanto (1991), domba garut pada awalnya terbentuk melalui
suatu proses persilangan yang kurang terencana antara domba lokal dengan domba
Merino dan domba Kaapstad sehingga dalam perkembangan selanjutnya terdapat
berbagai bentuk fenotipe dan karakteristik yang relatif berbeda-beda. Menurut
Sumantri et al., (2007) domba garut atau domba priangan merupakan domba lokal
Indonesia yang banyak tersebar di Jawa Barat terutama di Kabupaten Garut.
Domba garut terbagi menjadi tipe tangkas (aduan) dan tipe pedaging. Domba
garut pedaging jantan maupun betina memiliki ciri-ciri garis muka lurus, bentuk
mata normal, bentuk telinga hiris dan rubak, garis punggung lurus, bentuk bulu lurus 4 dengan warna dasar dominan putih, jantan bertanduk dan betina kebanyakan tidak bertanduk (Riwantoro, 2005).
Domba garut tipe tangkas dan tipe pedaging memiliki bobot badan yang
berbeda. Berdasarkan studi keragaman genetik DNA mikrosatelit dan hubungannya  dengan bobot badan pada domba lokal di Indonesia, Sumantri et al., (2008) menyatakan domba garut tipe pedaging dan tipe tangkas mempunyai alel spesifik  untuk marka bobot badan. Berdasarkan hasil penelitian Mansjoer et al., (2007). secara umum domba garut tipe tangkas mempunyai bobot badan lebih tinggi dari tipe  pedaging. Domba tangkas jantan dewasa yang berumur lebih dari satu tahun,  memiliki bobot badan antara 51-84 kg dengan rataan 66,78 ± 7,93 cm dan garut betina tipe tangkas memiliki bobot badan 42,33 ± 7,53 kg (Anang, 1992). Penelitian  Salamahwati (2004) menyatakan bahwa domba garut pedaging jantan umur 1 tahun  memiliki bobot badan 31,44 ± 5,22 kg mba ekor gemuk  ini banyak terdapat di Jawa Timur dan Madura,  serta pulau-pulau di Nusa Tenggara.  Di Sulawesi Selatan dikenal sebagai domba Donggala.  Di pulau Jawa dikenal juga dengan domba kibas Tanda-tanda yang merupakan karakteristik khas domba ekor gemuk adalah ekor yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar merupakan timbunan lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil tidak berlemak. Warna bulu putih, tidak bertanduk dan bulu wolnya kasar. Abidin (1997) mengemukakan bahwa Domba ini dikenal sebagai domba yang tahan terhadap panas dan kering. Domba ini diduga berasal dari Asia Barat Daya yang dibawa oleh pedagang bangsa Arab pada abad ke-18. Pada sekitar tahun 1731 sampai 1779 pemerintah Hindia Belanda telah mengimpor domba Kirmani, yaitu domba ekor gemuk dari Persia. pakah domba ekor gemuk merupakan keturunan dari domba-domba ini, belum diketahui.  Bentuk tubuh domba ekor gemuk lebih besar dari pada domba ekor tipis. Domba ini merupakan domba pedaging atau domba potong , berat jantan dewasa antara 40 – 60 kg, sedangkan berat badan betina dewasa 25 – 35 kg. Tinggi badan pada jantan dewasa antara 60 – 65 cm,  sedangkan pada betina dewasa 52 – 60 cm. DiIndonesia Domba ekor gemuk ini disilangkan dengan domba merino dan domba ekor tipis sehingga menghasilkan keturunan yang sering dipakai domba aduan atau dikenal dengan domba garut(Cahyono,1998).

Tidak ada komentar: