Minggu, 28 April 2013


“Cinta Lingkungan, Save Eart” Mari Berpikir Global dan Bertindak Lokal Dengan Optimalisasi Teknologi Tepat Guna (TTG).


Tentu sangat tidak asing ditelinga kita. Setiap tanggal 22 April berbagai elemen dan infratruktur negara selalu memperingati hari bumi. Hari bumi  ini seolah menjadi momemntum yang penting untuk diperingati sepanjang waktu. Hampir semua orang memakai pakaian hijau yang bertuliskan hijaulah alamku, save bumiku. Dengan sebuah cara yang bisa dibilang konyol penanaman 1000 pohon dan bagi-bagi pohon gratis. Pun setelah ditanam bakal lupa untuk menyiram, sedikit yag mem follow up i untuk merawat dan menjaga hingga tumbuh tinggi dan besar. Atau pernah afa fenomena lucu di negeri ini, memperingati hari bumi dengan membagikan 500 payung saat acara hari  bumi.
Selayaknya kita bertanya pada diri sendiri, bahwa mungkinkan negeri ini sedang disorintasi atau lupa akan tujuan yang tertuang pada undang-undang. Karena kita sudah tidak bisa membedakan mana peristiwa yang masih didalam koridor dan mna yang jauh melangkah di luar kebijakan yang seharusnya. Sedikit yang menyadari Kondisi bumi kita semakin rusak akibat banjir, longsor, polusi (udara, air), punahnya flora dan fauna, semakin langka bahan baku minyak bumi dan gas alam seperti solar, minyak tanah dan lain sebagainya. Apakah kita hanya memikirkan diri kita sendiri, sebatas keluarga mungkin tak lagi membuka hati dan pikiran yang kompleks dan menjadi problem solving untuk permasalahan umat. Berbagai fenomena jumlah kendaraan/transportasi yang tinggi berdampak pada kondisi udara yang semakin miskin O2, rumah tangga sebagai penyumbang limbah terbesar, pabrik sebagai sarana dalam menciptakan produk malah menghasilkan sampah yang memperkeruh kondisi lingkungan. Manajemen infrastruktur negara yang seharusnya melayani kebutuhan masyarakat malah menghambat jalannya pembangunan pada berbagai elemen. Sedang realita yang bumi tak hanya dijaga dan diingat saat peringatan hari bumi saja. Melainkan hari bumi sebagai sarana intropeksi dan evaluasi secara bersama-sama bagaimana negeri membutuhkan kontribusi semua aspek untuk berpegangan dan maju secara bersama-sama. Hendaknya masyarakat mulai menyadari peran penting dalam mengambil langkah. Tidak sekedar menuntut.  Melainkan bagaimana seseorang menyadi dirinya menjadi bagian penting dalam merawat bumi ini. Kesadaran dimulai dari komunikasi internal diri, saling berkomitmen bahwasanya manusia dan manusia lain adalah elemen tak terpisahkan. Dari diri sendiri kemudian adanya komunikasi eksternal untuk bersama-sama menumbuhkan rasa tanggungjawab dan integritas sosial. Sehingga fenomena permasalahan lingkungan akan terpecahkan secara  bersama.
Beberapa kegiatan yang bertujuan untuk melakukan pemanfaatan limbah dari berbagai jenis lingkungan. Harapannya kita pun ikut menjadi bagian dari arsitek tersebut sehingga kita tidak sekedar pemerhati atau bahkan hanya pengamat. Ini merupakan fenomena yang berkisah secara nyata.
Sebagai contoh adalah limbah peternakan. Limbah perusahan peternakan sangat berbahaya baik hulu, hilir ataupun on farm. Katakanlah limbah kotoran peternakan dari kotoran sapi, kambing, ayam, kerbau dan ternak lainnya. Kotoran tersebut mengandung gas berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Salah satu yang berbahaya adalah gas metan. Gas metan berbahaya, apalagi jika sampai dihirup secara langsung oleh masyarakat. Akibatnya bisa menyebabkan gangguan pernafasan, diare dan gangguan lainnya. Gas ini dapat diolah sebagai bentuk teknologi tepat guna (TTG) yang mampu dimanfaatkan untuk kompor skala rumah tangga yang berasal dari biogas kotoran ternak. Biogas tersebut harus diolah sesuai proses untuk mendapatkan gas terbaik.
Cara pengolahan gas tersebut adalah dengan tersedianya bahan baku yaitu feses. Ternak sapi dengan total 5176 ton per tahun dari total kebutuhan bahan baku fases sapi sebesar 370 ton per tahun. Feses akan dimanfaatkan untuk TTG ini adalah bentuk limbah yang belum teroptimalkan dalam proses daur ulang limbah peternakan melalui teknologi/alat permentasi yang digunakan (digester aliran kontinyu sistim tatap) dapat diadopsi/dirancang agar mampu mendukung rencana proses produksi secara terus menerus dan mampu memenuhi kapasitas produksi biogas sebesar 180.000 m3 pertahun. 

Tidak ada komentar: