Minggu, 14 April 2013

drft 1


BAB 1
PENDAHULUAN
Semakin maju dunia perunggasan menjadikan industri perunggasan di Indonesia semakin gencar melakukan peningkatan hasil produksinya baik secara kualitas maupun kuantitas. Usaha peningkatan produk peternakan unggas dimulai dari peningkatan kualitas ayam bibit atau “Parent Stock” sebagai penghasil ayam “Final Stock”. Manajemen bibit perlu ditingkatkan untuk menghasilkan DOC (Day Old Chick) yang berkualitas baik. Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pembibitan ayam petelur adalah PT. Chareom Pokhpand Jaya Farm khususnya yaitu hatchery PT Charoen Pokhpand Jaya Farm Gempol Jawa Timur.
 “Output” dari usaha tersebut berupa DOC betina sebagai produk utama dan DOC jantan sebagai produk sampingan. DOC jantan dipelihara sebagai ayam pedaging, sedangkan DOC betina dipelihara sebagai ayam petelur.
            Usaha penetasan merupakan parameter dari suatu usaha peternakan pembibitan dalam menghasilkan telur tetas yang berkualitas dan merupakan langkah awal dari suatu usaha peternakan baik komersial maupun pembibitan (breeding). Seleksi yang ketat terhadap ayam bibit parent stock harus dilakukan oleh perusahaan pembibitan yang bersangkutan untuk dapat memperoleh anak ayam (Final Stock) yang mempunyai sifat-sifat yang unggul seperti yang dimiliki oleh tetuanya (Parent Stock) yang dalam hal ini adalah produktivitas dan nilai ekonomisnya yang tinggi.
Penanganan DOC setelah menetas pada ayam, meliputi beberapa hal yaitu pengumpulan DOC (pull chicks), seleksi (selection) , culling  (pengafkiran DOC cacat), debeking (pemotongan paruh), vaksinasi, pengepakan hingga pengiriman. Penerapan program penanganan pasca tetas yang baik merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan penetasan buatan selain faktor produksi telur tetas dan manajemen penetasan.
       Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk menambah wawasan tentang penetasan, mengetahui tata laksana penetasan dari awal, proses dan akhir sehingga lebih mengenal serta memahami tentang usaha pembibitan yang menghasilkan produk DOC terutama di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm.
       Manfaat yang dapat diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah dapat menambah pengalaman, meningkatkan keterampilan dan mengetahui langkah-langkah yang dilakukan pada saat penanganan pasca penetasan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm mulai dari pengumpulan DOC sampai pengiriman sehingga lebih mudah bila mengaplikasikannya dalam dunia kerja.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Telur Tetas

       Seleksi telur merupakan aktifitas awal yang sangat menentukan keberhasilan penetasan.  Telur tetas harus berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan produktivitasnya tinggi dengan sex ratio yang baik, umur telur tidak boleh lebih dari satu minggu, kualitas fisik telur diantaranya bentuk telur tidak terlalu lonjong atau terlalu bulat, berat atau besar dan warna kulit telur harus seragam, permukaan kulit telur harus halus, tidak kotor dan tidak retak (Suprijatna et al., 2005). Ayam pembibit petelur adalah ayam dengan ciri produksi tinggi karena sudah terseleksi dengan baik, tidak mempunyai sifat mengeram, mempunyai bentuk tubuh langsing, jengger dan pial besar (Rasyaf, 1995).
Tabel 1.Pengaruh Berat Telur Tetas terhadap Bobot awal DOC (North dan   Bell,1990)

Berat Telur Tetas ( gr )
Berat Awal DOC ( gr)
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 – 70
29,3
32,3
34,6
37,7
41.1


2.2. Proses Penetasan
Tata laksana penetasan merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari penerimaan telur tetas,penanganan telur tetas baik seleksi, grading, fumigasi, candling dan penyimpanan telur tetas,  persiapan mesin tetas,pemasukan telur ke dalam mesin tetas, pengeraman dimesin setter, pemutaran (turning) telur tetas, transfer ke mesin Hatcher, penanganan pasca penetasan meliputi Pull chick (pengambilan DOC), Grading dan sexing, debeaking (pemotongan paruh), vaksinasi pengemasan dan pendistribusian DOC,  kegiatan rutin selama penetasan sampai pada pembersihan mesin tetas setelah menetas. Usaha menetaskan telur ayam artinya mengeramkan telur supaya menetas, yaitu pecah dan terbuka kulitnya, sehingga benih yang berkembang di dalamnya menjadi anak ayam hidup (Sarwono, 2002). Penetasan dengan mesin tetas, telur diletakkan dengan bagian ujung tumpul di bagian atas, tidak berarti harus vertikal (Suprijatna et al,.2005).

2.3. Tata Laksana Pasca Penetasan
Tata laksana pasca penetasan meliputi kegiatan pengeluaran DOC dari mesin tetas (pull chick), seleksi dan culling pada ayam yang baru menetas, pemisahan jantan dan betina untuk ayam petelur, vaksinasi, pengepakan, serta pendistribusian (Rasyaf, 1995). Proses dalam tatalaksana penanganan DOC pasca penetasan dapat dilihat pada skemaberikut :
Separating From Debris
(Pemisahan Debris)
 
Standard Operation (Penanganan Standar)
 
Ilustrasi 1. Skema Alur Penanganan DOC Pasca Penetasan
(Cobb-Vantress, 2008)


2.3.1. Pengeluaran anak ayam (Pull chicks)
          Permulaan pull chick ditandai dengan memperhatikan beberapa kriteria meliputi suhu dan kelembaban yang mulai mendekati set point, kerabang telur dari sebagian DOC menetas bertekstur remah, kaki DOC belum terlihat putih pucat karena dehidrasi, bulu kering dengan sedikit basah pada bagian leher, dan tubuh DOC proposional atau tidak kembung. Hal ini sesuai dengan pendapat Boerjan (2012) yang menyatakan bahwa saat tepat mengawali pullchick yaitu ketika 95% DOC menetas, bulu DOC sedikit basah di bagian leher dan kerabang telur dari DOC yang menetas bila dikepal bertekstur remah.
DOC harus segera dipindahkan dari mesin tetas setelah semua telur menetas dan anak ayam telah 95% kering bulunya. Segera diberikan air minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat dehidrasi selama pengeringan bulu di dalam mesin tetas (Suprijatna dkk, 2005) dan DOC sebaiknya tidak diberi pakan apa-apa sebelum 24 jam karena masih memiliki sisa kuning telur dalam tubuhnya (North dan Bell, 1990).

2.3.2. Seleksi (Grading) dan Culling

            Seleksi anak ayam yang baru menetas merupakan pemisahan antara anak ayam dengan kualitas baik dan yang tidak baik, untuk selanjutnya anak ayam yang tidak baik akan diafkir (Suprijatna et al., 2005).  Seleksi terhadap DOC yang dihasilkan sangat perlu dilakukan supaya mortalitas ayam broiler rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya pengobatan, dan keuntungan yang diperoleh lebih baik (Direktorat Jenderal Peternakan, 1982).
2.3.3. Sexing (Penentuan Jantan dan Betina)

            Sexing adalah memisahkan/memilih antara ayam jantan dan betina. Biasanya dilakukan dengan metode buka kloaka, perbedaan warna bulu, dan perbedaan panjang bulu sayap (Suprijatna et al., 2005). ). Menurut Nuryati dan Sutarto (2000), “sexing” dengan melihat perbedaan warna bulu disebabkan adanya sifat-sifat tertentu yang terkait dengan kromosom yang berhubungan dengan jenis kelamin. Sexing dengan perbedaan bulu sayap biasanya dilakukan pada ayam yang pertumbuhan bulunya cepat dengan melihat bulu sayap runcing pada ayam betina dan pada jantan bulu sayap tidak runcing.
                                
2.3.4. Potong paruh (debeaking)

       Potong paruh mulai dilakukan saat DOC masih berada di hatchery. Tujuan potong paruh adalah mengurangi kanibalisme dan terbuangnya pakan yang dikais-kais oleh paruh. Menurut Sudaryani dan Santoso (2002), keuntungan pemotongan paruh pada umur muda yaitu anak ayam lebih mudah dipegang, mengurangi pendarahan, mengurangi stress (dibandingkan bila dilakukan sesudah ayam vaksin), efisiensi pakan lebih baik, dan mengurangi ayam mematuk-matuk bulunya sendiri atau mematok ayam lain. Alat pemotong paruh yang biasa digunakan yaitu electic debeaker. Debeaking  pada DOC petelur dilakukan umur 6-9 hari (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
2.3.5. Vaksinasi

Vaksinasi merupakan upaya pencegahan penyakit dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh ayam. Menurut Suprijatna et all (2005) vaksinasi didefinisikan sebagai suatu kegiatan memasukkan bibit penyakit (mikroorganisme) tertentu yang telah dilemahkan ke dalam tubuh ternak dalam rangka menumbuhkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu tersebut. Vaksinasi pada DOC biasanya dilakukan dengan metode injeksi subcutan (pada pangkal leher bagian belakang) atau spray. Vaksinasi dengan injeksi dilakukan di bawah kulit leher, sebab anak ayam yang baru menetas hanya memiliki sedikit daging pada dada dan paha Rasyaf (1995).

2.3.6. Packing (pengemasan) DOC

   Usaha untuk mempermudah dan mengurangi kematian anak ayam selama transport yaitu bentuk box dibuat senyaman mungkin bagi DOC. Box berbentuk segi empat dengan luas dasar lebih besar dibandingkan luas atas agar ventilasi tidak tertutup pada saat penyusunan box sehingga sirkulasi udara berjalan lancar. Setiap box terdiri dari 100 ekor DOC yang dibagi atas 4 petak, tiap petak 25 ekor (Rasyaf, 1995). Box/kotak kemasan tersebut sebagian besar masih terbuat dari karton dengan ukuran panjang bagian bawah 64 cm dan bagian atas 60 cm, lebar bagian bawah 48 cm dan bagian atas 44 cm, sedangkan tinggi kemasan 15 cm (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).






BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Waktu Pelaksanaan


       Praktek Kerja Lapangan tentang Tata laksana penanganan DOC pasca tetas dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada 1Februari - 3Maret 2013 di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Gempol Jawa Timur.

3.2. Materi

Materi yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang adalah unit
usaha penetasan  PT. Charoen Pokphand Jaya Farm yang terletak di desa Winong Kecamatan Gempol Jawa Timur.

3.3. Metode

Metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah dengan partisipasi aktif dengan melakukan kegiatan rutin dan melakukan pencatatan data di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan karyawan maupun staf perusahaan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Data Sekunder diperoleh dari catatan perusahaan dan monografi perusahaan. Data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis, secara deskriptif dan dibandingkan dengan pustaka, kemudian disusun menjadi sebuah laporan Praktek Kerja Lapang (PKL).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Perusahaan
4.1.1.  Sejarah Perusahaan
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Gempol Jawa Timur merupakan anak perusahaan dari PT. Charoen Pokphand Group, sebuah perusahaan besar di Thailand yang bergerak di berbagai bidang di antaranya bidang peternakan. Charoen Pokphand Group diketahui bahwa perusahaan tersebut masuk ke Indonesia pertama kali pada tahun 1972 yaitu dengan mendirikan pabrik pakan pertama di Ancol, Jakarta, dengan nama PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Pada tahun 1979, didirikan Hatchery guna memenuhi kebutuhan akan DOC di Indonesia dengan nama PT. Charoen Pokphand Unit Hatchery Gempol, Pasuruan, Jawa Timur. Sampai saat ini perusahaan ini masih aktif berproduksi dan memenuhi kebutuhan DOC ayam layer (petelur) di seluruh area Jawa Timur. Selain hatchery di PT. Charoen Pokphand juga terdapat farm yang bergerak dibidang pembibitan yang letaknya bersebelahan dengan Hatchery ini.

4.1.2. Keadaan Umum Perusaahaan

PT. Charoen Pokphan Jaya Farm Indonesia Unit Gempol terletak di desa Winong merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang pembibitan unggas parent stock ayam petelur.. Fasilitas yang disediakan di PT.Charoen Pokphan Jaya Farm Indonesia di desa Winong berupa mess staff dan karyawan, kantor adminitrasi, pos satpam, parkir, kantin, bengkel, koperasi, kantor utama,  mushola, lapangan olah raga serta tempat untuk semprot mobil dan orang. Unit Hatchery Gempol PT. Charoen Pokphand Pasuruan terletak di Desa Winong, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, mempunyai luas 17 ha. Desa Winong merupakan kawasan industri yang penuh dengan pabrik-pabrik seperti pabrik minuman dan pabrik makanan. Kawasan ini juga dekat dengan pemukiman penduduk. Jarak lokasi peternakan dengan pemukiman penduduk sekitar 500 meter.

Unit Hatchery Gempol PT. Charoen Pokphand Pasuruan mempunyai 24 buah mesin inkubasi (setter) dan 24 buah mesin tetas (hatcher), tipe buttler yang dimodifikasi menyerupai mesin jamesway. Suhu mikro mesin dapat diatur dengan temptron secara manual sehingga tidak dipengaruhi oleh suhu makro.

SAM_1326.JPG

SAM_1446.JPG

SAM_1337.JPG

Ilustrasi 2. Mesin setter dan Hatcher di PT Charoen Pokhpand Jaya Farm Gempol
4.1.3. Struktur Organisasi
            Pimpinan tertinggi di Hatchery Gempol PT. Charoen Pokphand Jaya Farm adalah posisi manajer, dimana seorang manajer membawahi bidang supervisor, teknisi, ADOP atau koordinator lapangan dan bidang personalia. Teknisi membawahi karyawan mekanik. Supervisor terdiri dari empat orang yaitu supervisor produksi, supervisor setter dan supervisor holding dan statistika. Supervisor produksi bertanggung jawab mengontrol karyawan saat kegiatan pullchick (pengumpulan DOC) hingga pengiriman DOC. Supervisor transfer bertanggung jawab mengontrol karyawan saat transfer telur tetas dari mesin inkubasi (setter) ke dalam mesin penetas (hatcher) dan juga mengontrol mesin tetas. Supervisor holding bertanggung jawab mengontrol karyawan holding mulai dari penerimaan telur tetas hingga seleksi dan penyimpanan telur tetas.berikut ini ilustrasi struktur organisasi di PT. Charoen Pokhpand.
Ilustrasi  3. Struktur Organisasi Hatchery Gempol PT. Charoen Pokphand
Aktifitas semua karyawan dimulai pada pukul 07.30 WIB sampai dengan 17.00 WIB dengan waktu istirahat antara pukul 12.00 WIB sampai 13.00 WIB kecuali pada hari jum’at dan sabtu istirahat dimulai pukul 11.00-13.00 WIB.  Masing-masing karyawan memiliki libur sekali dalam seminggu. Karyawan di Hatchery gempol rata-rata lulusan  Sma dan  tinggal disekitar Hatchery. Gaji karyawan disesuaikan dengan Upah Minimum Regional (UMR) Depnaker daerah setempat.
4.2 Lokasi dan Bangunan Penetasan
4.2.1 Lokasi Perusahaan
             PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Indonesia Unit Gempol terletak di Dusun Dliring Desa Winong Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan.  Batas Wilayah Desa Winong sebelah utara yaitu  Desa Legok, sebelah timur yaitu desa Cangkrimalang dan Gunung Gangsir, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Karangrejo dan sebelah barat yaitu dengan Desa Kejapanan.  Luas wilayah Desa Winong adalah 299,40 ha yang terbagi menjadi 7 dusun yaitu Kemranggen, Winong, Grogolan, Nampon, Dliring, Baron dan Kaliondo. Hatchery Gempol PT. Charoen Pokphand mempunyai luas lahan 17 ha dikelilingi pagar pembatas dari tembok setinggi 2 meter sehingga total tinggi pagar lokasi adalah 4 meter.         Jarak dengan pemukiman penduduk adalah 150 m dan jalan raya 1 km.  Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 2 km, jarak dari kota kabupaten 26 km dan jarak dari pusat propinsi adalah 36 km.  Pembatas yang digunakan sebagai pembatas perusahaan dengan pemukiman warga adalah pagar tembok setinggi 120 cm, kemudian dipasangi pagar kawat berduri dengan ketinggian 60 cm
4.2.2 Bangunan Penetasan
            Hatchery Gempol memiliki beberapa ruangan yang mempunyai fungsi yang berbeda. Ruangannya terdiri dari ruang penyimpanan  telur (holding room), ruang fumigasi, ruang preheat (penghangat),  ruang setter (inkubasi) , ruang hatcher, ruang pullchick, ruang potong paruh, ruang vaksinasi, ruang pengepakan, gudang alat, gudang box, ruang pencucian alat-alat, kantor dan musholla

4.3. Proses Penetasan

          Telur yang ditetaskan oleh Hatchery Unit Gempol PT. Charoen Pok Farm adalah telur ayam layer yang memiliki strain lohman dan isa. Dimana telur tersebut didapatkan dari 4 farm diantaranya Farm  CP 1, TC, KOPO dan SUR. Kegiatan penetasan terdiri dari kegiatan yang berurutan dimulai dari penerimaan telur tetas, penyimpanan telur tetas di holding room,  pra pemanasan  pada ruang pre head,  inkubasi di mesin setter selama 18 hari, transfer dari mesin setter ke mesin Hachter, telur didalam mesin hatcher selama 3 hari kemudian telur menetas, pengambilan Day Old Chick  (DOC), seleksi dan grading DOC, culling, decbeaking, vaksinasi, pengepakan serta pendistribusian DOC.
          Penetasan bertujuan untuk menghasilkan Day Old Chick (DOC) baik untuk menyuplai kebutuhan ternak breeding farm maupun untuk pemeliharaan final stock secara komersial. Proses menetaskan telur di Hatchery Unit Gempol PT.Charoen Pokhpand  termasuk dalam penetasan secara buatan karena prosesnya menggunakan mesin tetas sebagai media pengeraman. Hal ini sesuai dengan pendapat (Suprijatna et al., 2005) yang menyatakan bahwa mesin tetas berfungsi mengganti peran induk unggas dalam penetasan telur untuk menghasilkan anak ayam. Cara kerja mesin tetas pada prinsipnya meniru induk unggas pada waktu mengerami telurnya. Rasyaf (1995) menambahkan bahwa penerapan penetasan buatan menggunakan mesin mampu memenuhi kebutuhan peternak akan bibit ayam.
           
4.4.      Penanganan pasca penetasan

Proses penanganan Day Old Chick (DOC) pasca penetasan yang dilakukan oleh Hatchery Unit Gempol PT. Charoen Pokhpand Jaya Farm adalah pengeluaran DOC dari mesin hatcher menuju ruang pullchick, penarikan atau pengambilan DOC dari rak kemudian ditempatkan di ruang seleksi, kemudian seleksi dan culling, pemotongan paruh (debeaking), vaksinasi, pengepakan, dan pendistribusian DOC kepada konsumen. Tahap kegiatan dalam tatalaksana penanganan DOC pasca tetas PT. Charoen Pokhpand Jaya Farm sudah memenuhi standar yang ditentukan oleh pakar penetasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf, (1995) yang mengatakan bahwa tatalaksana penanganan pasca penetasan meliputi kegiatan pengeluaran DOC dari mesin tetas (pull chick), seleksi dan culling pada ayam yang baru menetas, penghitungan, vaksinasi, pengepakan, serta pendistribusian.
Ilustrasi 4. Skema Alur penanganan pasca penetasan
4.4.1. Pengeluaran DOC (Pullchick)
Pullchick adalah proses pengeluaran DOC dari mesin hatcher, setelah dilakukan pullchick maka akan dilakukan pemisahan DOC berdasarkan jenis kelamin dan gradenya hal ini dilakukan untuk keseragaman DOC. Aktivitas kegiatan PullChick di hatchery PT Charoen Pokhpand Jaya Farm Gempol  dilakukan 4 kali dalam satu minggu, yaitu minggu malam, senin malam, rabu malam dan kamis malam. Aktivitas pullchick dilakukan malam hari yaitu pada pukul 19.00- 05.00. hal ini dilakukan agar DOC yang akan didistribusikan tidak mengalami dehidrasi pada waktu pengiriman. Sebelum melakukan proses pullchick maka dilakukan pengecekan kondisi DOC yaitu 6-8 jam sebelum waktu pullchick. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui persentase kekeringan DOC pada bulunya, hal ini sesuai dengan pendapat irawan (2002) yang menyatakan setelah telur-telur itu menetas menjadi anak ayam yang keluar dari cangkangnya, tidak boleh langsung diangkat dari mesin tetas, melainkan harus dibiarkan dulu beberapa saat sampai bulunya kering. DOC yang sudah memiliki bulu yang kering selanjutnya akan di keluarkan dari hatcher dengan menggunakan handpallet  yang kemudian dibawa keruang pullchick. Proses pull chick diawali dengan membongkar rak DOC, grading DOC, potong paruh, vaksinasi, dan pengeluaran DOC (Rasyaf, 1995).
Photo1202.jpg
pullchick doc.JPG
            Ilustrasi 6.  Proses pengambilan anak ayam (pullchick)

4.4.2. Seleksi (Grading) dan Culling
Setelah pull chick dilakukan seleksi dan culling DOC. Proses seleksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memisahkan antara DOC layak jual dengan DOC tidak layak jual sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Hal ini sesuai pendapat Suprijatna dan Kartasudjana (2006) bahwa seleksi atau grading DOC merupakan pemisahan antara anak ayam yang baik dan yang tidak baik kondisinya. Anak ayam yang baik dapat dikelola lebih lanjut sedangkan yang buruk harus diafkir (culling).
foto0617.jpg
Photo1221.jpg
sexing.JPG
Ilustrasi 7. Proses culling dan grading (seleksi DOOC cacat dan tidak cacat)

4.4.3. Sexing (penentuan DOC Jantan dan Betina)
  Bersamaan dengan seleksi (grading), dilakukan pula sexing (penentuan jenis kelaminya). Proses sexing dilakukan sekaligus dengan proses grading dimana tujuannya adalah DOC yang disexing adalah DOC yang sehat dan tidak cacat, DOC yang sehat dan tidak cacat dimasukkan dalam box DOC (102 ekor DOC / box) hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf (1995) yang mengatakan jumlah anak ayam biasanya 100 ekor ditambah dengan resiko tranportasi sebanyak 2%, untuk mengganti anak ayam yang mati selama tranportasi dari penetasan ke peternakan. Sexing di PT. Charoen Pokphand jaya Farm adalah sexing berdasarkan warna bulu DOC, DOC yang memiliki bulu berwarna dominan coklat adalah DOC betina sedangkan DOC yang memiliki bulu berwarna dominan kuning adalah DOC jantan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suprijatna et al.,(2005) yang mengatakan sexing  dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan metode membuka kloaka, perbedaan warna bulu dan perbedaan panjang bulu sayap, sexing dengan perbedaan warna bulu dilakukan  karena efisiensi waktu.

nov 01 008
nov 01 028
Ilustrasi 8 . Proses Sexing DOC (pemisahan jantan dan betina)

4.4.4. Debeaking (pemotongan paruh)
Setelah proses sexing selesai selalnjutnya  DOC dibawa keruang debeaking untuk melakukan pemotongan paruh menggunakan mesin elecctric debeaker. Pemotongan paruh dilakukan pada bagian ujung paruh yaitu pada bagian atas dan bawah, dan  pemotongan paruh DOC dilaksanakan berdasarkan gread DOC ( ukuran DOC ). DOC yang paruhnya di potong adalah  DOC betina hal ini dilakukan untuk menghindari menghindari pendarahan dan cacat  pada DOC. Pada saat pemotongan paruh DOC tidak ada yang mengalami pendarahan hal ini karena dalam melakukan prmotongan paruh para pekerja melakukan sesuai dengan standart operasional perusahaan (SOP ). Ukuran paruh yang dipotong  pada  grade A3 dan A2 akan dipotong paruhnya sepanjang 2,25 mm sedangkan DOC yang memiliki grade A1 dan B akan dipotong sepanjang 2 mm, hal ini dilakukan agar paruh ayam yang dipotong seragam dan tidak terjadi pendarahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Surdaryani dan Santoso (2000) yang mengatakan Waktu pemotongan yang tepat adalah pada saat ayam masih muda karena diharapakan dapat mengurangi pendarahan  pada paruh ayam dan juga untuk penyembuhan yang lebih cepat, anak ayam akan  lebih mudah dipegang sehingga dapat mengurangi resiko stres . DOC jantan biasanya tidak dilakukan pemotongan paruh hal ini karena DOC jantan bukan produk utama ( By Produc ). Pemotongan paruh pada DOC jantan akan dilakukan apabila ada permintaan dari konsumen yang bersangkuatan.
Ilustarsi 9. Proses pemotongan paruh (debeaking)
Mesin  elecctric debeaker  yang akan dingunakan terlebih dahulu di cek dan dibersikan dengan alkohol dimana hal ini bertujuan agar mikroorganisme yang terdapat pada mesin  elecctric debeaker mati. Mesin elecctric debeaker terlebih dahulu di panaskan sebelum digunakan untuk memotong paruh  DOC,  hal ini dilakukan agar pada saat pemotongan tidak mengalami pendarahan dan juga untuk mencegah perkembangan mikroorganisme. Kecepatan dalam debeaking adalah 1800 – 2000 ekor DOC / jam / orang , sedangkan untuk pergantian pisau cutter  akan dilakukan setelah DOC yang paruhnya dipotong sebanyak 25.000 ekor DOC, dan untuk pemanas (heater) akan diganti ketika DOC yang paruhnya dipotong sebanyak 100.000 ekor, hal ini tidak sesuai dengan pendapat Suprijatna dan Kartasudjana (2006)  yang mengatakan pemotongan paruh anak ayam tidak boleh lebih dari 500 - 600 ekor/jam, ini terjadi karena para pekerja harus mengikuti standart perasional perusahaan (SOP) yang  telah ditetapkan oleh perusahaan. Banyaknya mesin elecctric dibeaker yang dingunakan adalah 6 buah, mesin elecctric debeker sudah mencukupi dalam melakukan pemotongan paruh. Setelah dilakukan pemotongan paruh selanjutnya DOC langsung dibawa keruang vaksinasi tanpa diberikan obat stress karena DOC tidak mengalami stress pada saat pemotongan paruh.

4.4.5. Vaksinasi
            Setelah DOC selesai potong paruh (debeaking) selanjutnya DOC dibawa keruang vaksinasi, diruang vaksinasi DOC akan diberikan vaksin marek dimana vaksin marek adalah vaksin yang wajib diberikan kepada DOC untuk menghindari penyakit marek pada DOC . Vaksinasi marek pada DOC dilakukan dengan jarum suntik lewat tengkuk (leher bagian kiri). Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa vaksinasi dengan injeksi dilakukan di bawah kulit leher, sebab anaka ayam saat baru menetas memiliki sedikit daging pada bagian dada dan paha. Vaksin yang diberikan pada DOC terlebih dahulu di campur  diruang pencampuran vaksinasi dimana suhu ruang vaksinasi adalah adalah 25 . Proses pencampuran vaksin marek sendiri adalah pertama pelarut yang akan digunakan adalah nobilis diluent 2000 dosis ( 400 ml ). Nobilis diluent pertama dikurangi sebanyak 8 ml kemudian diganti dengan cairan gentaject sebanyak 8 ml, setelah itu vaksin marek yang di simpan dalam cairan notrigendi  keluarkan dan kemudian ditowing dalam waterbath pada suhu 27 selamat 1 menit. Setelah vaksin sudah ditowing selama 1 menit dan mencair kemudian vaksin di pindakan ke dalam nobilis dulient dengan menggunakan jarum suntik. Vaksin marek harus habis dalam kurun waktu 30 menit setelah proses pencampuran karena apabila terlalu lama maka daya tahan anti virus akan menurun  ( jarum dan selang diganti setelah 2000 dosis untuk menghindari penyakit.) dan alat yang digunakan dalam vaksinasi marek adalah mesin vaksin yang mememfaatkan kompresor  hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) yang mengatakan untuk jumlah yang banyak, vaksinasi dilakukan dengan mesin suntik otomatis , dan bila sedikit dapat diklakukan sendiri satu demi satu dengan alat suntik biasa, penggunaan mesin vaksin yang memamfaatkan kompresor dilakaukan karena untuk efisiensi waktu.

Ilustrasi 7. Proses vaksinasi
Selain vaksin marek vaksin lain yang diberikan adalah vaksin IB (infeksius bronkitis), biasanya vaksin ini di berikan pada DOC betina dan sesuai permintaan dari konsumen.

4.4.6. Pengepakan DOC
            DOC yang telah divaksin selanjutnya dilakukan pengepakan yang dikerjakan oleh bagian seleksi dengan menggunakan box DOC yang didesain secara khusus. Bahan terbuat dari kardus dan plastik berbentuk persegi empat yang diberi ventilasi pada keempat sisinya dan bagian atas (tutup) box. Tiap box berisi 102 ekor yang dibagi dalam 4 bagian, yang mana DOC yang dimasukkan adalah DOC yang sudah potong paruh dan yang sudah diberikan vaksin marek maupun IB (infeksius bronkitis) box DOC yang terbuat dari karton ataupun plastik tergantung dari permintaan konsumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijtana et al,.(2006) yang mengatakan pegemasan biasa langsung dimasukkan dalam karton atau plastik, Kotak kemasan ini sebagian besar masih dibuat dari karton dimana  kotak tersebut dibagi menjadi empat bagian juga ditambahkan oleh Rasyaf (1995) jumlah anak ayam biasanya 100 ekor ditambah dengan resiko tranportasi sebnyak 2%, untuk mengganti anak ayam yang mati selama tranportasi dari penetasan ke peternakan. Pada saat pengemasan (packing) setiap kotak dilengkapi dengan nama penyeleksi, tanggal tetas dan jumlah DOC. Box DOC di rakit sendiri oleh pengawai PT.Charoen Pokphan unit hatchery Gempol, dimana perakitan box DOC dilakukan 2 kali dalam satu minggu yaitu hari Rabu dan Sabtu dan waktu perakitan adalah pada pagi hari.Ukuran kotak yang ada dingunakan adalah :
Tabel. 2 Ukuran box DOC

Keterangan
Ukuran
Bagian atas
Bagian bawah
Panjang
Lebar
Tinggi
61,5 cm
45 cm
14,5 cm
64,5 cm
49 cm
14,5 cm
Sumber : Data Primer Perusahaan, 2013

pemberian kode pada box 1.JPG
Ilustrasi 8. Proses pengemasan DOC dalam box
4.4.7. Pendistribusian DOC
DOC yang sudah di packing dan siap dikirim ditempatkan dalam ruang penyimpanan DOC. Ruang ini dilengkapi dengan 6 buah kipas angin hal ini untuk menghindari suhu yang terlalu tinggi dan dehidrasi pada DOC. Pengiriman DOC dilakukan pada pagi hari dengan mengunakan mobil box. Didalam mobil dilengkapi dengan 6 buah kipas angin pada bagian atas. Kipas angin ini berfungsi untuk menjaga suhu ruangan agar tidak terlalu panas sehingga dapat menurunkan kualitas DOC.
Setiap pengiriman disertai data tentang DOC seperti tanggal menetas, berat DOC, DOC ekstra, dan nama penyeleksi. Pemberian data tanggal menetas, berat DOC, dan DOC ekstra merupakan data recording DOC yang nantinya akan memudahkan pada pemeliharaan selanjutnya hal ini sesuai dengan pernyataan Fadilah, dkk (2007) yang menyatakan setiap pengiriman harus disertai data tentang DOC seperti tanggal menetas, berat DOC, DOC ekstra dan nama penyeleksi. Penyertaan nama penyeleksi digunakan untuk meningkatkan rasa tangung jawab penyeleksi dan untuk mengetahui penyeleksi DOC apabila DOC tersebut bermasalah.
penyususnan doc 1.JPG
Ilustrasi 9. Proses pendistribusian DOC









BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Charoen Pokphan unit hatchery dapat diambil kesimpulan bahwa tata laksana penanganan pasca tetas yang meliputi proses pullchick, sexing, debeaking, vaksinasipacking dan transportasi sudah baik, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya permasalahan dari pelanggan ( costumer ).

5.2.      Saran

            Berdasarkan hasil pengamatan pada saat Praktek Kerja Lapangan di PT. Charoen Phokphand Unit Hatchery Gempol, Jawa Timur perusahaan tersebut perlu mengganti beberapa peralatan karena kurang layak dan banyak peralatusak misalnya seperti alat debeaking, kemidian pada mesin setter juga sering kebocoran sehingga mempengaruhi suhu dan berakibat pada pertumbuhan embrio.  







DAFTAR PUSTAKA
Boerjan, Marleen. 2012. Optimum timing for pulling day old chicks. Pas Reform, Zeddam, Netherlands. (http://www.pasreform.com/academy/frequently-      asked questions/day-old-chicks/31-optimum-timing-for-pulling-day-old-          chicks.html). Acces date : June 6 th, 2012

Direktorat Jenderal Peternakan, 1982. Syarat-Syarat Teknis pada Perusahaan Peternakan Ayam Bibit. Departement Pertanian. Jakarta.

Fadilah,R. Agustin, P. Sjamsirul, A. Dan Eko, P. Sukses Beternak Ayam Broiler.2007.PT.Agromedia Pustaka, Bogor.

Irawan, dkk. 2002. Mesin Modern Penetas Telur. C.V. Aneka. Solo
North,M.O and D.Bell.1990.Commercial Chicken Production manual.Van Nostrand Reinhold,New York.

Sudaryani, T. dan H. Santoso. 2000. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudaryani, T. dan H. Santosa. 2002. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E, U.Atmomarsono dan R .Kartadudjana.2005.Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar swadayana,Jakarta.
 
Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Penetasan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono, B. 2002. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kartasudjana, R. dan Suprijatna, E. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta



Tidak ada komentar: