Hormon -hormon yang Mempengaruhi proses
Laktogenesis
Laktogenensisi adalah
Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran susu
Pengaruh Hormonal
Mulai dari bulan ketiga kebuntingan, tubuh
memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya susu dalam ambing.
Hormon yang
mempengaruhi proses laktogenensi yaitu
1.
Progesteron:
mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen
menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara
besar-besaran
2. Estrogen: menstimulasi sistem saluran ambing untuk membesar.
Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan
selama tetap menyusui.
3.
Follicle
stimulating hormone (FSH)
4.
Luteinizing
hormone (LH)
5.
Prolaktin:
berperan dalam membesarnya alveoil dalam kebuntingan
Prolaktin adalah proteohormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitaria anterior. Kelenjar tersebut merangsang permulaan laktasi (laktogenesis) pada kelenjar susu dan proliferasi epitelium yang melapisi kelenjar tembolok pada burung merpati betina dan jantan. Hormon tersebut mempertinggi produksi zat yang menyerupai keju; terdiri dari sel-sel epitel yang telah hancur. Hormon tersebut menimbulkan sifat mengeram pada induk ayam, merangsang naluri induk pada tikus dara dan esensial dalam pemeliharaan laktasi (galactopoiesis). Di dalam sel-sel epitel terdapat enzim-enzim yang esensial yang menggertak sel-sel dalam mengubah susunan darah menjadi susu. Fungsi prolaktin ialah merangsang aktivitas enzim dan enzim tersebut selanjutnya menggertak sekresi susu. Sel kelenjar susu tidak berdaya menghasilkan susu bila tidak ada prolaktin. Pada masa kebuntingan yang lanjut terjadi kenaikan bertahap dalam sekresi prolaktin yang dirangsang oleh estrogen.
Prolaktin adalah proteohormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitaria anterior. Kelenjar tersebut merangsang permulaan laktasi (laktogenesis) pada kelenjar susu dan proliferasi epitelium yang melapisi kelenjar tembolok pada burung merpati betina dan jantan. Hormon tersebut mempertinggi produksi zat yang menyerupai keju; terdiri dari sel-sel epitel yang telah hancur. Hormon tersebut menimbulkan sifat mengeram pada induk ayam, merangsang naluri induk pada tikus dara dan esensial dalam pemeliharaan laktasi (galactopoiesis). Di dalam sel-sel epitel terdapat enzim-enzim yang esensial yang menggertak sel-sel dalam mengubah susunan darah menjadi susu. Fungsi prolaktin ialah merangsang aktivitas enzim dan enzim tersebut selanjutnya menggertak sekresi susu. Sel kelenjar susu tidak berdaya menghasilkan susu bila tidak ada prolaktin. Pada masa kebuntingan yang lanjut terjadi kenaikan bertahap dalam sekresi prolaktin yang dirangsang oleh estrogen.
6.
Oksitosin:
mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya,
seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras susu menuju saluran
susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection
reflex.
7.
Human placental
lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kebuntingan, plasenta mengeluarkan banyak
HPL, yang berperan dalam pertumbuhan ambing, puting, dan areola sebelum melahirkan.
pada laktogenesis II Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi susu besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga
terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda
biokimiawi..
Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu (milk ejection / let-down reflex). Oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara untuk memeras ASI keluar. Para ibu mendeskripsikan sensasi turunnya susu dengan berbeda-beda, beberapa merasakan geli di payudara dan ada juga yang merasakan sakit sedikit, tetapi ada juga yang tidak merasakan apa-apa. Refleks turunnya susu tidak selalu konsisten khususnya pada masa-masa awal. Tetapi refleks ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan tentang bayi, atau mendengar suara bayi, sehingga terjadi kebocoran. Bila ovulasi terjadi, maka folikel berkembang menjadi korpus luteum dan memproduksi progesteron, yang menyebabkan perkembangan sistema lobul-alveolar.
Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu (milk ejection / let-down reflex). Oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara untuk memeras ASI keluar. Para ibu mendeskripsikan sensasi turunnya susu dengan berbeda-beda, beberapa merasakan geli di payudara dan ada juga yang merasakan sakit sedikit, tetapi ada juga yang tidak merasakan apa-apa. Refleks turunnya susu tidak selalu konsisten khususnya pada masa-masa awal. Tetapi refleks ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan tentang bayi, atau mendengar suara bayi, sehingga terjadi kebocoran. Bila ovulasi terjadi, maka folikel berkembang menjadi korpus luteum dan memproduksi progesteron, yang menyebabkan perkembangan sistema lobul-alveolar.
Kelenjar pituitaria mengeluarkan hormon gonadotropin yang
bekerja terhadap ovarium untuk merangsang siklus estrus. Pertama-tama follicel
stimulating hormone (FSH) menyebabkan folikel ovarium berkembang. Pada saat
tersebut, estrogen dikeluarkan, hormon ini bekerja terhadap sistem duktus dari
kelenjar susu. Sebagai tambahan, telur atau ovum menjadi dewasa. Kemudian
luteinizing hormone (LH) dikeluarkan dari pituitaria untuk menimbulkan ovulasi
(melepas ovum) dan pembentukan korpus luteum. Bila hewan bunting, maka hormon
ketiga, yang disebut luteotropic hormon dikeluarkan oleh pituitaria anterior
yang memelihara aktivitas korpus luteum dan sekresi progesteron selama
pertengahan pertama kebuntingan. Progesteron mempersiapkan uterus untuk
menerima telur yang sudah dibuahi dan memelihara embrio dan fetus yang sedang
tumbuh di dalam uterus. Pada beberapa spesies, plasenta mengeluarkan
luteotropin selama pertengahan kedua dari kebuntingan. Pada spesies lainnya
plasenta mengeluarkan estrogen dan progesteron, karenanya spesies tersebut
tidak memerlukan hormon luteotropik selama kebuntingan. Pada sapi yang bunting,
hormon estrogen dan progesteron yang dikeluarkan plasenta merangsang
pertumbuhan sistem lobul-alveolar kelenjar susu.
Dengan menggunakan hormon estrogen dan progesteron, kelenjar
susu hewan betina dara dapat ditumbuhkan dan dikembangkan sedemikian rupa
sehingga dapat dibuat berlaktasi. Oleh karena itu dimungkinkan secara buatan,
merangsang pertumbuhan kelenjar susu dan menyuruh kelenjar tersebut
mengeluarkan susu. Dengan merangsang laktasi pada sapi-sapi dara dan sapi-sapi
betina yang mandul, para peternak dapat memperoleh produksi yang tinggi dari
hewan-hewan yang tadinya disediakan untuk dipotong.
Pengaturan hormon laktasi. Fisiologi kelenjar susu erat hubungannya dengan mekanisme hormonal dan neuro hormonal. Kelenjar susu merupakan sifat kelamin sekunder perkembangannya, permulaannya, dan pemeliharaannya, aktivitasnya, dan akhirnya involusinya, tergantung daripada keseimbangan hormonal. Sejumlah hormon mempengaruhi intensitas laktasi. Hormon merupakan perangsang laktasi satu-satunya. Laju sekresi hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu dan laktasi adalah lebih tinggi sapi perah daripada sapi daging.
Mekanisme fisiologi yang mengawasi berbagai kelenjar tersebut belum diketahui secara lengkap, akan tetapi telah diakui bahwa aktivitas ovarium, uterus dan kelenjar sususatu dengan yang lainnya ada hubungannya. Telah diakui bahwa rangsangan esensial bagi pertumbuhan dan berfungsinya kelenjar susu adalah hormonal dan bukan oleh kelenjar urat syaraf dan bukti menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga hormon yang terlibat di dalamnya. Setiap hormon mempunyai fungsi yang esensial dan ketiga-tiganya bekerja dalam urutan tertentu.
Pengaturan hormon laktasi. Fisiologi kelenjar susu erat hubungannya dengan mekanisme hormonal dan neuro hormonal. Kelenjar susu merupakan sifat kelamin sekunder perkembangannya, permulaannya, dan pemeliharaannya, aktivitasnya, dan akhirnya involusinya, tergantung daripada keseimbangan hormonal. Sejumlah hormon mempengaruhi intensitas laktasi. Hormon merupakan perangsang laktasi satu-satunya. Laju sekresi hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu dan laktasi adalah lebih tinggi sapi perah daripada sapi daging.
Mekanisme fisiologi yang mengawasi berbagai kelenjar tersebut belum diketahui secara lengkap, akan tetapi telah diakui bahwa aktivitas ovarium, uterus dan kelenjar sususatu dengan yang lainnya ada hubungannya. Telah diakui bahwa rangsangan esensial bagi pertumbuhan dan berfungsinya kelenjar susu adalah hormonal dan bukan oleh kelenjar urat syaraf dan bukti menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga hormon yang terlibat di dalamnya. Setiap hormon mempunyai fungsi yang esensial dan ketiga-tiganya bekerja dalam urutan tertentu.
Estradiol, suatu hormon dari folikel Graff, mula-mula
menyebabkan perkembangan duktus. Kemudian progesteron dari korpus luteum
bertanggung jawab atas pertumbuhan alveoli. Akhirnya laktogen (prolaktin) dari
kelenjar pituitaria menimbulkan aktivitas sekresi.
Prolaktin adalah proteohormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitaria anterior. Kelenjar tersebut merangsang permulaan laktasi (laktogenesis) pada kelenjar susu dan proliferasi epitelium yang melapisi kelenjar tembolok pada burung merpati betina dan jantan. Hormon tersebut mempertinggi produksi zat yang menyerupai keju; terdiri dari sel-sel epitel yang telah hancur. Zat tersebut dikenal dengan nama susu tembolok; digunakan untuk menyusui anak-anak merpati. Prolaktin disebut juga laktogen, luteotrpin, galaktin, dan mammotropin. Hormon tersebut menimbulkan sifat mengeram pada induk ayam, merangsang naluri induk pada tikus dara dan esensial dalam pemeliharaan laktasi (galactopoiesis). Di dalam sel-sel epitel terdapat enzim-enzim yang esensial yang menggertak sel-sel dalam mengubah susunan darah menjadi susu. Fungsi prolaktin ialah merangsang aktivitas enzim dan enzim tersebut selanjutnya menggertak sekresi susu. Sel kelenjar susu tidak berdaya menghasilkan susu bila tidak ada prolaktin. Pada masa kebuntingan yang lanjut terjadi kenaikan bertahap dalam sekresi prolaktin yang dirangsang oleh estrogen. Pelepasan eksitosin pada tiap-tiap pemerahan susu diduga merangsang sekresi prolaktin. Prolaktin secepatnya dilepaskan ke dalam darah mengikuti rangsangan pemerahan. Hormon tersebut masuk lewat darah ke dalam kelenjar susu, merangsang sel-sel epitel untuk mengeluarkan susu di antara waktu pemerahan. Lebih banyak prolaktin akan dikeluarkan dan berkumpul dalam pituitaria anterior di antara waktu pemerahan, akan tetapi hormon tersebut tidak akan dilepaskan ke dalam peredaran darah sampai waktu pemerahan berikutnya.
Prolaktin adalah proteohormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitaria anterior. Kelenjar tersebut merangsang permulaan laktasi (laktogenesis) pada kelenjar susu dan proliferasi epitelium yang melapisi kelenjar tembolok pada burung merpati betina dan jantan. Hormon tersebut mempertinggi produksi zat yang menyerupai keju; terdiri dari sel-sel epitel yang telah hancur. Zat tersebut dikenal dengan nama susu tembolok; digunakan untuk menyusui anak-anak merpati. Prolaktin disebut juga laktogen, luteotrpin, galaktin, dan mammotropin. Hormon tersebut menimbulkan sifat mengeram pada induk ayam, merangsang naluri induk pada tikus dara dan esensial dalam pemeliharaan laktasi (galactopoiesis). Di dalam sel-sel epitel terdapat enzim-enzim yang esensial yang menggertak sel-sel dalam mengubah susunan darah menjadi susu. Fungsi prolaktin ialah merangsang aktivitas enzim dan enzim tersebut selanjutnya menggertak sekresi susu. Sel kelenjar susu tidak berdaya menghasilkan susu bila tidak ada prolaktin. Pada masa kebuntingan yang lanjut terjadi kenaikan bertahap dalam sekresi prolaktin yang dirangsang oleh estrogen. Pelepasan eksitosin pada tiap-tiap pemerahan susu diduga merangsang sekresi prolaktin. Prolaktin secepatnya dilepaskan ke dalam darah mengikuti rangsangan pemerahan. Hormon tersebut masuk lewat darah ke dalam kelenjar susu, merangsang sel-sel epitel untuk mengeluarkan susu di antara waktu pemerahan. Lebih banyak prolaktin akan dikeluarkan dan berkumpul dalam pituitaria anterior di antara waktu pemerahan, akan tetapi hormon tersebut tidak akan dilepaskan ke dalam peredaran darah sampai waktu pemerahan berikutnya.
Sumber
Anggorodi, Prof. Dr.R.1994. Ilmu Makanan Ternak Umum.
Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
http:\\id.wikipedia.org\wiki\menyusui.htm
http:\\id.wikipedia.org\wiki\menyusui.htm
http:\\www.idai.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar