BAB 1
PENDAHULUAN
Semakin maju
dunia perunggasan menjadikan industri perunggasan di Indonesia semakin gencar melakukan peningkatan
hasil produksinya baik secara kualitas maupun kuantitas. Usaha peningkatan produk
peternakan unggas dimulai dari peningkatan kualitas ayam bibit atau “Parent Stock” sebagai penghasil ayam “Final Stock”. Manajemen bibit perlu
ditingkatkan untuk menghasilkan DOC (Day Old Chick) yang berkualitas baik.
Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pembibitan ayam petelur adalah PT.
Chareom Pokhpand Jaya Farm khususnya yaitu hatchery PT Charoen
Pokhpand Jaya Farm Gempol Jawa Timur.
“Output” dari usaha tersebut
berupa DOC betina sebagai produk utama dan DOC jantan sebagai produk sampingan.
DOC jantan dipelihara sebagai ayam pedaging, sedangkan DOC betina dipelihara
sebagai ayam petelur.
Usaha
penetasan merupakan parameter dari suatu usaha peternakan pembibitan dalam
menghasilkan telur tetas yang berkualitas dan merupakan langkah awal dari suatu
usaha peternakan baik komersial maupun pembibitan (breeding). Seleksi yang ketat terhadap ayam bibit parent stock harus dilakukan oleh perusahaan pembibitan yang
bersangkutan untuk dapat memperoleh anak ayam (Final Stock) yang mempunyai
sifat-sifat yang unggul seperti yang dimiliki oleh tetuanya (Parent Stock) yang dalam hal ini adalah
produktivitas dan nilai ekonomisnya yang tinggi.
Penanganan DOC setelah menetas pada ayam, meliputi beberapa hal yaitu pengumpulan DOC (pull chicks), seleksi (selection)
, culling (pengafkiran
DOC cacat), debeking (pemotongan paruh), vaksinasi, pengepakan hingga pengiriman.
Penerapan program penanganan pasca tetas yang baik merupakan salah satu faktor
kunci keberhasilan penetasan buatan selain faktor produksi telur tetas dan
manajemen penetasan.
Tujuan dari Praktek
Kerja Lapangan ini adalah untuk menambah wawasan tentang penetasan, mengetahui
tata laksana penetasan dari awal, proses dan akhir sehingga lebih mengenal
serta memahami tentang usaha pembibitan yang menghasilkan produk DOC terutama
di PT.
Charoen Pokphand Jaya Farm.
Manfaat yang dapat
diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah dapat menambah pengalaman, meningkatkan
keterampilan dan mengetahui langkah-langkah yang dilakukan pada saat penanganan
pasca penetasan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm mulai dari pengumpulan DOC sampai
pengiriman sehingga lebih mudah bila mengaplikasikannya dalam dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telur
Tetas
Seleksi telur merupakan aktifitas awal yang sangat menentukan
keberhasilan penetasan. Telur tetas
harus berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan produktivitasnya tinggi
dengan sex ratio yang baik, umur telur tidak boleh
lebih dari satu minggu, kualitas fisik telur diantaranya bentuk telur tidak
terlalu lonjong atau terlalu bulat, berat atau besar dan warna kulit telur
harus seragam, permukaan kulit telur harus halus, tidak kotor dan tidak retak
(Suprijatna et al., 2005). Ayam pembibit petelur adalah ayam dengan ciri produksi tinggi karena sudah
terseleksi dengan baik, tidak mempunyai sifat mengeram, mempunyai bentuk tubuh
langsing, jengger dan pial besar (Rasyaf, 1995).
Tabel 1.Pengaruh Berat Telur Tetas terhadap Bobot
awal DOC (North dan Bell,1990)
Berat Telur Tetas ( gr )
|
Berat Awal DOC ( gr)
|
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 – 70
|
29,3
32,3
34,6
37,7
41.1
|
2.2.
Proses Penetasan
Tata laksana penetasan merupakan suatu rangkaian
kegiatan mulai dari penerimaan telur
tetas,penanganan telur tetas baik seleksi, grading, fumigasi, candling dan
penyimpanan telur tetas, persiapan mesin tetas,pemasukan telur ke dalam mesin tetas, pengeraman dimesin setter, pemutaran (turning) telur tetas, transfer ke
mesin Hatcher, penanganan pasca penetasan meliputi Pull chick (pengambilan
DOC), Grading dan sexing, debeaking (pemotongan paruh), vaksinasi pengemasan
dan pendistribusian DOC, kegiatan rutin selama penetasan sampai pada pembersihan mesin tetas
setelah menetas. Usaha menetaskan telur ayam artinya mengeramkan telur supaya
menetas, yaitu pecah dan terbuka kulitnya, sehingga benih yang berkembang di
dalamnya menjadi anak ayam hidup (Sarwono, 2002). Penetasan dengan mesin
tetas, telur diletakkan dengan bagian ujung tumpul di bagian atas, tidak
berarti harus vertikal (Suprijatna et al,.2005).
2.3. Tata Laksana Pasca Penetasan
Tata laksana pasca penetasan meliputi kegiatan pengeluaran DOC dari mesin
tetas (pull chick), seleksi dan
culling pada ayam yang baru menetas, pemisahan jantan dan betina untuk ayam
petelur, vaksinasi, pengepakan, serta pendistribusian (Rasyaf, 1995). Proses
dalam tatalaksana penanganan DOC pasca penetasan dapat dilihat pada skemaberikut :
|
|
Ilustrasi 1. Skema Alur Penanganan DOC Pasca Penetasan
(Cobb-Vantress, 2008)
2.3.1.
Pengeluaran anak ayam (Pull chicks)
Permulaan pull chick ditandai dengan memperhatikan beberapa kriteria
meliputi suhu dan kelembaban yang mulai mendekati set point, kerabang telur dari sebagian DOC menetas bertekstur
remah, kaki DOC belum terlihat putih pucat karena dehidrasi, bulu kering dengan
sedikit basah pada bagian leher, dan tubuh DOC proposional atau tidak kembung.
Hal ini sesuai dengan pendapat Boerjan (2012) yang menyatakan bahwa saat tepat
mengawali pullchick yaitu ketika 95% DOC menetas, bulu DOC sedikit basah di bagian
leher dan kerabang telur dari DOC yang menetas bila dikepal bertekstur remah.
DOC harus segera dipindahkan dari mesin tetas setelah semua telur
menetas dan anak ayam telah 95% kering bulunya. Segera diberikan air minum untuk mengganti cairan
tubuh yang hilang akibat dehidrasi selama pengeringan bulu di dalam mesin tetas
(Suprijatna dkk, 2005) dan DOC sebaiknya tidak diberi pakan apa-apa sebelum 24 jam karena
masih memiliki sisa kuning telur dalam tubuhnya (North dan Bell, 1990).
2.3.2. Seleksi (Grading)
dan Culling
Seleksi anak ayam yang baru menetas merupakan pemisahan antara anak
ayam dengan kualitas baik dan yang tidak baik, untuk selanjutnya anak ayam yang
tidak baik akan diafkir (Suprijatna et al., 2005). Seleksi terhadap DOC yang dihasilkan sangat perlu dilakukan supaya
mortalitas ayam broiler rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya
pengobatan, dan keuntungan yang diperoleh lebih baik (Direktorat Jenderal
Peternakan, 1982).
2.3.3. Sexing (Penentuan Jantan dan Betina)
Sexing
adalah memisahkan/memilih antara ayam jantan dan betina. Biasanya
dilakukan dengan metode buka kloaka, perbedaan warna bulu, dan perbedaan
panjang bulu sayap (Suprijatna et al., 2005). ). Menurut Nuryati dan Sutarto (2000), “sexing” dengan
melihat perbedaan warna bulu disebabkan adanya sifat-sifat tertentu yang
terkait dengan kromosom yang berhubungan dengan jenis kelamin. Sexing dengan
perbedaan bulu sayap biasanya dilakukan pada ayam yang pertumbuhan bulunya
cepat dengan melihat bulu sayap runcing pada ayam betina dan pada jantan bulu sayap
tidak runcing.
2.3.4. Potong paruh (debeaking)
Potong paruh mulai
dilakukan saat DOC masih berada di hatchery. Tujuan potong paruh adalah
mengurangi kanibalisme dan terbuangnya pakan yang dikais-kais oleh paruh. Menurut
Sudaryani dan Santoso (2002), keuntungan pemotongan paruh pada umur muda yaitu
anak ayam lebih mudah dipegang, mengurangi pendarahan, mengurangi stress
(dibandingkan bila dilakukan sesudah ayam vaksin), efisiensi pakan lebih baik,
dan mengurangi ayam mematuk-matuk bulunya sendiri atau mematok ayam lain. Alat pemotong paruh yang
biasa digunakan yaitu electic debeaker. Debeaking
pada DOC petelur dilakukan umur 6-9
hari (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
2.3.5. Vaksinasi
Vaksinasi
merupakan upaya pencegahan penyakit dengan cara memasukkan vaksin ke dalam
tubuh ayam. Menurut Suprijatna et all (2005) vaksinasi didefinisikan sebagai suatu kegiatan memasukkan bibit
penyakit (mikroorganisme) tertentu yang telah dilemahkan ke dalam tubuh ternak
dalam rangka menumbuhkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu tersebut. Vaksinasi pada
DOC biasanya dilakukan dengan metode injeksi subcutan (pada pangkal leher
bagian belakang) atau spray. Vaksinasi dengan injeksi dilakukan di bawah kulit leher, sebab anak
ayam yang baru menetas hanya memiliki sedikit daging pada dada dan paha Rasyaf (1995).
2.3.6. Packing (pengemasan) DOC
Usaha untuk mempermudah dan mengurangi kematian anak ayam selama
transport yaitu bentuk box dibuat senyaman mungkin bagi DOC. Box berbentuk segi
empat dengan luas dasar lebih besar dibandingkan luas atas agar ventilasi tidak
tertutup pada saat penyusunan box sehingga sirkulasi udara berjalan lancar.
Setiap box terdiri dari 100 ekor DOC yang dibagi atas 4 petak, tiap petak 25
ekor (Rasyaf, 1995). Box/kotak kemasan tersebut sebagian besar masih terbuat dari karton
dengan ukuran panjang bagian bawah 64 cm dan bagian atas 60 cm, lebar bagian
bawah 48 cm dan bagian atas 44 cm, sedangkan tinggi kemasan 15 cm (Kartasudjana
dan Suprijatna, 2006).
BAB III
MATERI
DAN METODE
3.1. Waktu Pelaksanaan
Praktek
Kerja Lapangan tentang Tata laksana penanganan DOC pasca tetas dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada 1Februari - 3Maret 2013 di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Gempol Jawa Timur.
3.2. Materi
Materi yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja
Lapang adalah unit
usaha penetasan PT. Charoen Pokphand Jaya Farm yang terletak
di desa Winong Kecamatan Gempol Jawa Timur.
3.3. Metode
Metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan Praktek
Kerja Lapang (PKL) adalah dengan partisipasi aktif dengan melakukan kegiatan
rutin dan melakukan pencatatan data di PT.
Charoen Pokphand Jaya Farm. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
cara wawancara langsung dengan karyawan maupun staf perusahaan berdasarkan
daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Data Sekunder diperoleh dari catatan perusahaan
dan monografi perusahaan. Data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis,
secara deskriptif dan dibandingkan dengan pustaka, kemudian disusun menjadi
sebuah laporan Praktek Kerja Lapang (PKL).
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. Charoen Pokphand
Jaya Farm
Gempol Jawa Timur
merupakan anak perusahaan dari PT. Charoen Pokphand Group, sebuah perusahaan besar di Thailand yang bergerak
di berbagai bidang di antaranya bidang peternakan. Charoen Pokphand Group
diketahui bahwa perusahaan tersebut masuk ke Indonesia pertama kali pada tahun
1972 yaitu dengan mendirikan pabrik pakan pertama di Ancol, Jakarta, dengan
nama PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Pada tahun 1979, didirikan Hatchery guna
memenuhi kebutuhan akan DOC di Indonesia dengan nama PT. Charoen Pokphand Unit
Hatchery Gempol, Pasuruan, Jawa Timur. Sampai saat ini perusahaan ini masih
aktif berproduksi dan memenuhi kebutuhan DOC ayam layer (petelur) di seluruh area Jawa Timur. Selain hatchery di PT.
Charoen Pokphand juga terdapat farm yang bergerak dibidang pembibitan yang
letaknya bersebelahan dengan Hatchery ini.
4.1.2. Keadaan Umum Perusaahaan
PT. Charoen Pokphan Jaya Farm Indonesia Unit Gempol terletak di
desa Winong merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang pembibitan unggas
parent stock ayam petelur.. Fasilitas yang disediakan di PT.Charoen Pokphan
Jaya Farm Indonesia di desa Winong berupa mess staff dan karyawan, kantor
adminitrasi, pos satpam, parkir, kantin, bengkel, koperasi, kantor utama, mushola, lapangan olah raga serta
tempat untuk semprot mobil dan orang.
Unit Hatchery Gempol PT. Charoen Pokphand Pasuruan terletak di Desa Winong,
Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, mempunyai luas 17 ha. Desa
Winong merupakan kawasan industri yang penuh dengan pabrik-pabrik seperti
pabrik minuman dan
pabrik makanan. Kawasan ini juga dekat dengan pemukiman penduduk. Jarak
lokasi peternakan dengan pemukiman penduduk sekitar 500 meter.
Unit Hatchery Gempol PT.
Charoen Pokphand Pasuruan mempunyai 24 buah
mesin inkubasi (setter) dan 24 buah mesin tetas (hatcher), tipe buttler yang
dimodifikasi menyerupai mesin jamesway. Suhu mikro mesin dapat diatur dengan temptron
secara manual sehingga tidak dipengaruhi oleh suhu makro.
|
|
|
|
Ilustrasi 2. Mesin setter dan Hatcher di PT
Charoen Pokhpand Jaya Farm Gempol
4.1.3. Struktur Organisasi
Pimpinan tertinggi
di Hatchery Gempol PT. Charoen Pokphand Jaya Farm adalah posisi manajer, dimana
seorang manajer membawahi bidang supervisor, teknisi, ADOP atau koordinator
lapangan dan bidang personalia. Teknisi membawahi karyawan mekanik. Supervisor
terdiri dari empat orang yaitu supervisor produksi, supervisor setter dan supervisor
holding dan statistika. Supervisor produksi bertanggung jawab mengontrol karyawan saat
kegiatan pullchick (pengumpulan
DOC) hingga
pengiriman DOC. Supervisor transfer bertanggung jawab mengontrol karyawan saat
transfer telur tetas dari mesin inkubasi (setter) ke dalam mesin penetas
(hatcher) dan juga mengontrol mesin tetas. Supervisor holding bertanggung jawab
mengontrol karyawan holding mulai dari penerimaan telur tetas hingga seleksi dan
penyimpanan telur tetas.berikut ini
ilustrasi struktur organisasi di PT. Charoen Pokhpand.
Ilustrasi 3. Struktur Organisasi
Hatchery Gempol PT. Charoen Pokphand
Aktifitas semua karyawan dimulai pada pukul 07.30 WIB
sampai dengan 17.00 WIB dengan waktu istirahat antara pukul 12.00 WIB sampai
13.00 WIB kecuali pada hari jum’at dan sabtu istirahat dimulai pukul
11.00-13.00 WIB. Masing-masing karyawan
memiliki libur sekali dalam seminggu. Karyawan di Hatchery gempol rata-rata lulusan Sma dan tinggal
disekitar Hatchery. Gaji karyawan disesuaikan dengan
Upah Minimum Regional (UMR) Depnaker daerah setempat.
4.2 Lokasi dan
Bangunan Penetasan
4.2.1 Lokasi Perusahaan
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Indonesia Unit Gempol terletak di
Dusun Dliring Desa Winong Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Batas Wilayah Desa Winong sebelah utara yaitu Desa Legok, sebelah timur yaitu desa Cangkrimalang
dan Gunung Gangsir, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Karangrejo dan
sebelah barat yaitu dengan Desa Kejapanan. Luas
wilayah Desa Winong adalah 299,40 ha yang terbagi menjadi 7 dusun yaitu
Kemranggen, Winong, Grogolan, Nampon, Dliring, Baron dan Kaliondo. Hatchery
Gempol PT. Charoen Pokphand mempunyai luas lahan 17 ha dikelilingi pagar
pembatas dari tembok setinggi 2 meter sehingga total tinggi pagar lokasi adalah
4 meter. Jarak dengan pemukiman
penduduk adalah 150 m dan jalan raya 1 km.
Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 2 km, jarak dari kota kabupaten
26 km dan jarak dari pusat propinsi adalah 36 km. Pembatas yang digunakan sebagai pembatas
perusahaan dengan pemukiman warga adalah pagar tembok setinggi 120 cm, kemudian
dipasangi pagar kawat berduri dengan ketinggian 60 cm
4.2.2 Bangunan
Penetasan
Hatchery Gempol
memiliki beberapa ruangan yang mempunyai fungsi yang berbeda. Ruangannya terdiri dari ruang penyimpanan telur (holding room), ruang fumigasi, ruang preheat (penghangat), ruang setter (inkubasi) , ruang hatcher, ruang pullchick, ruang
potong paruh, ruang vaksinasi, ruang pengepakan, gudang alat, gudang box, ruang
pencucian alat-alat, kantor dan musholla
4.3.
Proses Penetasan
Telur yang ditetaskan oleh Hatchery Unit Gempol PT. Charoen Pok Farm adalah
telur ayam layer yang memiliki strain lohman
dan isa. Dimana telur tersebut didapatkan dari 4 farm diantaranya Farm CP 1, TC, KOPO dan SUR. Kegiatan penetasan terdiri dari kegiatan yang berurutan dimulai dari
penerimaan telur tetas, penyimpanan telur tetas di holding room, pra
pemanasan pada ruang pre head, inkubasi di
mesin setter selama 18 hari, transfer dari mesin setter ke mesin Hachter, telur
didalam mesin hatcher selama 3 hari kemudian telur menetas, pengambilan Day Old Chick
(DOC), seleksi dan grading DOC, culling, decbeaking, vaksinasi, pengepakan serta
pendistribusian DOC.
Penetasan bertujuan
untuk menghasilkan Day Old Chick (DOC) baik untuk menyuplai kebutuhan ternak breeding
farm maupun untuk pemeliharaan final stock secara komersial. Proses menetaskan
telur di Hatchery Unit Gempol
PT.Charoen Pokhpand termasuk dalam penetasan secara buatan karena
prosesnya menggunakan mesin tetas sebagai media pengeraman. Hal ini sesuai dengan pendapat (Suprijatna et al., 2005) yang menyatakan bahwa mesin
tetas berfungsi mengganti peran induk unggas dalam penetasan telur untuk
menghasilkan anak ayam. Cara kerja mesin tetas pada prinsipnya
meniru induk unggas pada waktu mengerami telurnya. Rasyaf (1995) menambahkan bahwa penerapan penetasan buatan
menggunakan mesin mampu memenuhi kebutuhan peternak akan bibit ayam.
4.4. Penanganan pasca penetasan
Proses penanganan Day Old Chick (DOC) pasca penetasan
yang dilakukan oleh Hatchery Unit Gempol
PT. Charoen Pokhpand Jaya Farm adalah pengeluaran DOC
dari mesin hatcher menuju ruang pullchick, penarikan atau pengambilan DOC dari
rak kemudian ditempatkan di ruang seleksi, kemudian seleksi dan culling, pemotongan paruh (debeaking), vaksinasi, pengepakan, dan
pendistribusian DOC kepada konsumen. Tahap kegiatan dalam tatalaksana
penanganan DOC pasca tetas PT.
Charoen Pokhpand Jaya Farm sudah
memenuhi standar yang ditentukan oleh pakar penetasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf, (1995)
yang mengatakan bahwa tatalaksana penanganan pasca penetasan meliputi kegiatan
pengeluaran DOC dari mesin tetas (pull chick), seleksi dan culling pada ayam
yang baru menetas, penghitungan, vaksinasi, pengepakan, serta pendistribusian.
Ilustrasi 4. Skema Alur penanganan
pasca penetasan
4.4.1. Pengeluaran DOC (Pullchick)
Pullchick adalah
proses pengeluaran DOC dari mesin hatcher, setelah dilakukan pullchick maka akan dilakukan
pemisahan DOC berdasarkan jenis kelamin dan gradenya hal ini dilakukan untuk
keseragaman DOC. Aktivitas kegiatan PullChick di hatchery PT Charoen
Pokhpand Jaya Farm Gempol dilakukan 4 kali
dalam satu minggu, yaitu minggu malam, senin malam, rabu malam dan kamis malam.
Aktivitas pullchick dilakukan malam hari yaitu pada pukul 19.00- 05.00. hal ini
dilakukan agar DOC yang akan didistribusikan tidak mengalami dehidrasi pada
waktu pengiriman. Sebelum melakukan proses pullchick maka dilakukan pengecekan
kondisi DOC yaitu 6-8 jam sebelum waktu pullchick. Hal ini dilakukan agar dapat
diketahui persentase kekeringan DOC pada bulunya, hal
ini sesuai dengan pendapat irawan (2002) yang menyatakan setelah telur-telur itu menetas
menjadi anak ayam yang keluar dari cangkangnya, tidak boleh langsung diangkat
dari mesin tetas, melainkan harus dibiarkan dulu beberapa saat sampai bulunya kering. DOC yang sudah
memiliki bulu yang kering selanjutnya akan di keluarkan dari hatcher dengan
menggunakan handpallet yang kemudian
dibawa keruang pullchick. Proses pull chick diawali dengan membongkar
rak DOC, grading DOC, potong paruh, vaksinasi, dan
pengeluaran DOC (Rasyaf,
1995).
|
|
Ilustrasi
6. Proses pengambilan anak ayam
(pullchick)
4.4.2.
Seleksi (Grading) dan Culling
Setelah pull chick dilakukan
seleksi dan culling DOC. Proses seleksi merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan untuk memisahkan antara DOC layak jual dengan DOC tidak
layak jual sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Hal ini sesuai
pendapat Suprijatna dan Kartasudjana
(2006) bahwa seleksi atau grading DOC merupakan pemisahan antara anak ayam yang
baik dan yang tidak baik kondisinya. Anak ayam yang baik dapat dikelola lebih
lanjut sedangkan yang buruk harus diafkir (culling).
|
|
|
|
Ilustrasi 7. Proses culling dan grading (seleksi
DOOC cacat dan tidak cacat)
4.4.3. Sexing (penentuan DOC Jantan dan Betina)
Bersamaan dengan seleksi (grading), dilakukan
pula sexing (penentuan jenis kelaminya). Proses sexing dilakukan sekaligus
dengan proses grading dimana tujuannya adalah DOC yang disexing adalah DOC yang
sehat dan tidak cacat, DOC yang sehat dan tidak cacat dimasukkan dalam box DOC
(102 ekor DOC / box) hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf (1995) yang mengatakan jumlah
anak ayam biasanya 100 ekor ditambah dengan resiko tranportasi sebanyak 2%, untuk mengganti
anak ayam yang mati selama tranportasi dari penetasan ke peternakan. Sexing di
PT. Charoen Pokphand jaya Farm adalah sexing berdasarkan warna bulu DOC, DOC
yang memiliki bulu berwarna dominan coklat adalah DOC betina sedangkan DOC yang
memiliki bulu berwarna dominan kuning adalah DOC jantan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Suprijatna et al.,(2005) yang mengatakan sexing dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain dengan metode membuka kloaka, perbedaan warna bulu dan perbedaan panjang
bulu sayap, sexing dengan perbedaan warna bulu dilakukan karena efisiensi waktu.
|
|
Ilustrasi 8 . Proses
Sexing DOC (pemisahan jantan dan betina)
4.4.4.
Debeaking (pemotongan paruh)
Setelah
proses sexing selesai selalnjutnya DOC dibawa keruang debeaking
untuk melakukan pemotongan paruh menggunakan mesin elecctric debeaker. Pemotongan paruh dilakukan
pada bagian ujung paruh yaitu pada bagian atas dan
bawah, dan pemotongan paruh DOC
dilaksanakan berdasarkan gread DOC ( ukuran DOC ). DOC yang paruhnya di potong adalah DOC betina hal ini dilakukan untuk menghindari
menghindari pendarahan dan cacat pada
DOC. Pada saat pemotongan paruh DOC tidak ada yang mengalami pendarahan hal ini
karena dalam melakukan prmotongan paruh para pekerja melakukan sesuai dengan
standart operasional perusahaan (SOP ). Ukuran paruh yang dipotong pada
grade A3 dan A2
akan dipotong paruhnya sepanjang 2,25 mm sedangkan DOC yang memiliki grade A1
dan B akan dipotong sepanjang 2 mm, hal ini dilakukan agar paruh ayam yang dipotong seragam dan tidak terjadi pendarahan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Surdaryani dan Santoso (2000) yang mengatakan Waktu pemotongan yang tepat adalah pada saat ayam
masih muda karena diharapakan dapat mengurangi pendarahan pada paruh ayam dan juga untuk penyembuhan
yang lebih cepat, anak ayam akan lebih mudah dipegang sehingga
dapat mengurangi resiko stres . DOC jantan biasanya tidak dilakukan pemotongan paruh hal ini karena
DOC jantan bukan produk utama ( By
Produc ). Pemotongan paruh pada DOC jantan akan
dilakukan apabila ada permintaan dari konsumen yang bersangkuatan.
|
|
Ilustarsi 9. Proses pemotongan paruh (debeaking)
Mesin elecctric debeaker yang akan dingunakan terlebih dahulu di cek
dan dibersikan dengan alkohol dimana hal ini bertujuan agar mikroorganisme yang terdapat pada mesin
elecctric debeaker mati. Mesin elecctric debeaker terlebih dahulu di
panaskan sebelum digunakan untuk memotong paruh DOC,
hal ini
dilakukan agar pada saat pemotongan tidak mengalami pendarahan dan juga untuk
mencegah perkembangan mikroorganisme. Kecepatan dalam debeaking adalah 1800 –
2000 ekor DOC / jam / orang , sedangkan untuk pergantian pisau cutter akan dilakukan setelah DOC yang paruhnya
dipotong sebanyak 25.000 ekor DOC, dan untuk pemanas (heater) akan diganti
ketika DOC yang paruhnya dipotong sebanyak 100.000 ekor, hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Suprijatna dan Kartasudjana (2006) yang mengatakan pemotongan paruh anak ayam
tidak boleh lebih dari 500 - 600 ekor/jam, ini terjadi karena para pekerja
harus mengikuti standart perasional perusahaan (SOP) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Banyaknya
mesin elecctric dibeaker yang dingunakan adalah 6 buah, mesin elecctric debeker
sudah mencukupi dalam melakukan pemotongan paruh. Setelah dilakukan pemotongan
paruh selanjutnya DOC langsung dibawa keruang vaksinasi tanpa diberikan obat
stress karena DOC tidak mengalami stress pada saat pemotongan paruh.
4.4.5.
Vaksinasi
Setelah DOC
selesai potong paruh (debeaking) selanjutnya DOC dibawa keruang vaksinasi,
diruang vaksinasi DOC akan diberikan vaksin marek dimana vaksin marek adalah
vaksin yang wajib diberikan kepada DOC untuk menghindari penyakit marek pada
DOC . Vaksinasi marek pada DOC dilakukan dengan jarum suntik lewat tengkuk
(leher bagian kiri). Hal ini sesuai
dengan pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa
vaksinasi dengan injeksi dilakukan di bawah kulit leher, sebab anaka ayam saat
baru menetas memiliki sedikit daging pada bagian dada dan paha. Vaksin yang
diberikan pada DOC terlebih dahulu di campur
diruang pencampuran vaksinasi dimana suhu ruang vaksinasi adalah adalah
25 .
Proses pencampuran vaksin marek sendiri adalah pertama pelarut yang akan digunakan
adalah nobilis diluent 2000 dosis ( 400 ml ). Nobilis diluent pertama dikurangi sebanyak
8 ml kemudian diganti dengan cairan gentaject sebanyak 8 ml, setelah itu vaksin
marek yang di simpan dalam cairan notrigendi
keluarkan dan kemudian ditowing dalam waterbath pada suhu 27 selamat 1 menit. Setelah vaksin sudah ditowing
selama 1 menit dan mencair kemudian vaksin di pindakan ke dalam nobilis dulient
dengan menggunakan jarum suntik. Vaksin marek harus habis dalam kurun waktu 30
menit setelah proses pencampuran karena apabila terlalu lama maka daya tahan
anti virus akan menurun ( jarum dan
selang diganti setelah 2000 dosis untuk menghindari penyakit.) dan alat yang
digunakan dalam vaksinasi marek adalah mesin vaksin yang mememfaatkan
kompresor hal ini sesuai dengan pendapat
Rasyaf (1995) yang mengatakan untuk jumlah yang banyak, vaksinasi dilakukan
dengan mesin suntik otomatis , dan bila sedikit dapat diklakukan sendiri satu
demi satu dengan alat suntik biasa, penggunaan mesin vaksin yang memamfaatkan
kompresor dilakaukan karena untuk efisiensi waktu.
|
|
|
|
Ilustrasi
7. Proses vaksinasi
Selain vaksin marek
vaksin lain yang diberikan adalah vaksin IB (infeksius bronkitis), biasanya
vaksin ini di berikan pada DOC betina dan sesuai permintaan dari konsumen.
4.4.6.
Pengepakan DOC
DOC yang
telah divaksin selanjutnya dilakukan pengepakan yang dikerjakan oleh bagian
seleksi dengan menggunakan box DOC yang didesain secara khusus. Bahan terbuat
dari kardus dan plastik berbentuk persegi empat yang diberi ventilasi pada
keempat sisinya dan bagian atas (tutup) box. Tiap box berisi 102 ekor yang dibagi dalam 4
bagian, yang mana DOC yang dimasukkan adalah DOC yang sudah potong paruh dan
yang sudah diberikan vaksin marek maupun IB (infeksius
bronkitis) box DOC yang terbuat dari karton ataupun plastik tergantung dari
permintaan konsumen. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suprijtana et al,.(2006) yang mengatakan pegemasan biasa langsung dimasukkan
dalam karton atau plastik, Kotak kemasan ini sebagian besar masih dibuat dari karton
dimana kotak tersebut dibagi menjadi
empat bagian juga ditambahkan oleh Rasyaf (1995) jumlah anak ayam biasanya 100 ekor ditambah
dengan resiko tranportasi sebnyak 2%, untuk mengganti anak ayam yang mati
selama tranportasi dari penetasan ke peternakan. Pada saat pengemasan (packing)
setiap kotak dilengkapi dengan nama penyeleksi, tanggal tetas dan jumlah DOC. Box DOC di
rakit sendiri oleh pengawai PT.Charoen Pokphan unit hatchery Gempol, dimana
perakitan box DOC dilakukan 2 kali dalam satu minggu yaitu hari Rabu dan Sabtu
dan waktu perakitan adalah pada pagi hari.Ukuran kotak yang ada dingunakan
adalah :
Tabel. 2 Ukuran box DOC
Keterangan
|
Ukuran
|
|
Bagian atas
|
Bagian bawah
|
|
Panjang
Lebar
Tinggi
|
61,5 cm
45 cm
14,5 cm
|
64,5 cm
49 cm
14,5 cm
|
Sumber : Data Primer Perusahaan, 2013
|
|
Ilustrasi 8. Proses pengemasan DOC dalam box
4.4.7. Pendistribusian
DOC
DOC yang sudah di packing dan siap
dikirim ditempatkan dalam ruang penyimpanan DOC. Ruang ini dilengkapi dengan 6 buah kipas angin
hal ini untuk menghindari suhu yang terlalu tinggi dan dehidrasi pada DOC. Pengiriman DOC
dilakukan pada pagi hari dengan mengunakan mobil box. Didalam mobil
dilengkapi dengan 6 buah kipas angin pada bagian
atas. Kipas angin ini berfungsi untuk menjaga suhu ruangan agar tidak terlalu panas
sehingga dapat menurunkan kualitas DOC.
Setiap pengiriman disertai
data tentang DOC seperti tanggal menetas, berat DOC, DOC ekstra, dan nama
penyeleksi. Pemberian data tanggal menetas, berat DOC,
dan DOC ekstra merupakan data recording DOC yang nantinya akan memudahkan pada
pemeliharaan selanjutnya hal ini sesuai dengan pernyataan Fadilah, dkk (2007)
yang menyatakan setiap pengiriman harus disertai data tentang DOC seperti tanggal menetas,
berat DOC, DOC ekstra dan nama penyeleksi.
Penyertaan nama penyeleksi digunakan untuk meningkatkan rasa tangung jawab
penyeleksi dan untuk mengetahui penyeleksi DOC apabila DOC tersebut bermasalah.
|
|
Ilustrasi 9. Proses pendistribusian
DOC
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Charoen
Pokphan unit hatchery dapat diambil kesimpulan bahwa tata laksana penanganan
pasca tetas yang meliputi proses pullchick,
sexing, debeaking, vaksinasi, packing
dan transportasi sudah baik, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya
permasalahan dari pelanggan ( costumer ).
5.2. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan
pada saat Praktek Kerja Lapangan di PT. Charoen Phokphand Unit Hatchery Gempol, Jawa Timur perusahaan tersebut
perlu mengganti beberapa peralatan
karena kurang layak dan banyak peralatusak misalnya seperti alat debeaking,
kemidian pada mesin setter juga sering kebocoran sehingga mempengaruhi suhu dan
berakibat pada pertumbuhan embrio.
DAFTAR PUSTAKA
Boerjan,
Marleen. 2012. Optimum
timing for pulling day old chicks. Pas Reform, Zeddam, Netherlands. (http://www.pasreform.com/academy/frequently- asked
questions/day-old-chicks/31-optimum-timing-for-pulling-day-old- chicks.html). Acces date : June 6 th,
2012
Direktorat
Jenderal Peternakan, 1982. Syarat-Syarat Teknis pada Perusahaan Peternakan Ayam
Bibit. Departement Pertanian. Jakarta.
Fadilah,R. Agustin, P. Sjamsirul, A. Dan Eko, P.
Sukses Beternak Ayam Broiler.2007.PT.Agromedia Pustaka, Bogor.
Irawan, dkk. 2002. Mesin Modern Penetas Telur. C.V. Aneka. Solo
North,M.O and D.Bell.1990.Commercial Chicken
Production manual.Van Nostrand Reinhold,New York.
Sudaryani, T. dan H. Santoso. 2000. Pembibitan Ayam
Ras. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudaryani, T. dan H. Santosa. 2002.
Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E, U.Atmomarsono dan R .Kartadudjana.2005.Ilmu
Dasar Ternak Unggas. Penebar swadayana,Jakarta.
Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Penetasan. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Sarwono, B. 2002. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Kartasudjana, R. dan Suprijatna, E. 2006. Manajemen Ternak Unggas.
Penebar Swadaya, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar