“Cinta Lingkungan, Save Eart” Mari Berpikir
Global dan Bertindak Lokal Dengan Optimalisasi Teknologi Tepat Guna (TTG).
Tentu sangat tidak asing ditelinga
kita. Setiap tanggal 22 April berbagai elemen dan infratruktur negara selalu
memperingati hari bumi. Hari bumi ini
seolah menjadi momemntum yang penting untuk diperingati sepanjang waktu. Hampir
semua orang memakai pakaian hijau yang bertuliskan hijaulah alamku, save
bumiku. Dengan sebuah cara yang bisa dibilang konyol penanaman 1000 pohon dan
bagi-bagi pohon gratis. Pun setelah ditanam bakal lupa untuk menyiram, sedikit
yag mem follow up i untuk merawat dan menjaga hingga tumbuh tinggi dan besar.
Atau pernah afa fenomena lucu di negeri ini, memperingati hari bumi dengan
membagikan 500 payung saat acara hari
bumi.
Selayaknya kita bertanya pada diri
sendiri, bahwa mungkinkan negeri ini sedang disorintasi atau lupa akan tujuan
yang tertuang pada undang-undang. Karena kita sudah tidak bisa membedakan mana
peristiwa yang masih didalam koridor dan mna yang jauh melangkah di luar
kebijakan yang seharusnya. Sedikit yang menyadari Kondisi bumi kita semakin
rusak akibat banjir, longsor, polusi (udara, air), punahnya flora dan fauna,
semakin langka bahan baku minyak bumi dan gas alam seperti solar, minyak tanah
dan lain sebagainya. Apakah kita hanya memikirkan diri kita sendiri, sebatas
keluarga mungkin tak lagi membuka hati dan pikiran yang kompleks dan menjadi
problem solving untuk permasalahan umat. Berbagai fenomena jumlah
kendaraan/transportasi yang tinggi berdampak pada kondisi udara yang semakin
miskin O2, rumah tangga sebagai penyumbang limbah terbesar, pabrik sebagai
sarana dalam menciptakan produk malah menghasilkan sampah yang memperkeruh
kondisi lingkungan. Manajemen infrastruktur negara yang seharusnya melayani
kebutuhan masyarakat malah menghambat jalannya pembangunan pada berbagai
elemen. Sedang realita yang bumi tak hanya dijaga dan diingat saat peringatan
hari bumi saja. Melainkan hari bumi sebagai sarana intropeksi dan evaluasi
secara bersama-sama bagaimana negeri membutuhkan kontribusi semua aspek untuk
berpegangan dan maju secara bersama-sama. Hendaknya masyarakat mulai menyadari
peran penting dalam mengambil langkah. Tidak sekedar menuntut. Melainkan bagaimana seseorang menyadi dirinya
menjadi bagian penting dalam merawat bumi ini. Kesadaran dimulai dari
komunikasi internal diri, saling berkomitmen bahwasanya manusia dan manusia
lain adalah elemen tak terpisahkan. Dari diri sendiri kemudian adanya
komunikasi eksternal untuk bersama-sama menumbuhkan rasa tanggungjawab dan
integritas sosial. Sehingga fenomena permasalahan lingkungan akan terpecahkan
secara bersama.
Beberapa kegiatan yang bertujuan
untuk melakukan pemanfaatan limbah dari berbagai jenis lingkungan. Harapannya
kita pun ikut menjadi bagian dari arsitek tersebut sehingga kita tidak sekedar
pemerhati atau bahkan hanya pengamat. Ini merupakan fenomena yang berkisah
secara nyata.
Sebagai contoh adalah limbah
peternakan. Limbah perusahan peternakan sangat berbahaya baik hulu, hilir
ataupun on farm. Katakanlah limbah kotoran peternakan dari kotoran sapi,
kambing, ayam, kerbau dan ternak lainnya. Kotoran tersebut mengandung gas
berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Salah satu yang berbahaya
adalah gas metan. Gas metan berbahaya, apalagi jika sampai dihirup secara
langsung oleh masyarakat. Akibatnya bisa menyebabkan gangguan pernafasan, diare
dan gangguan lainnya. Gas ini dapat diolah sebagai bentuk teknologi tepat guna
(TTG) yang mampu dimanfaatkan untuk kompor skala rumah tangga yang berasal dari
biogas kotoran ternak. Biogas tersebut harus diolah sesuai proses untuk
mendapatkan gas terbaik.
Cara pengolahan gas tersebut adalah
dengan tersedianya bahan baku yaitu feses. Ternak sapi dengan total 5176 ton
per tahun dari total kebutuhan bahan baku fases sapi sebesar 370 ton per tahun.
Feses akan dimanfaatkan untuk TTG ini adalah bentuk limbah yang belum teroptimalkan
dalam proses daur ulang limbah peternakan melalui teknologi/alat permentasi
yang digunakan (digester aliran kontinyu sistim tatap) dapat diadopsi/dirancang
agar mampu mendukung rencana proses produksi secara terus menerus dan mampu
memenuhi kapasitas produksi biogas sebesar 180.000 m3 pertahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar